Rumah Seribu Cermin

Cerita Cerita Inspiratif Dan Motivasi
Di sebuah desa kecil, ada sebuah rumah yang dikenal dengan nama “Rumah
Seribu Cermin.” Suatu hari seekor anjing kecil sedang berjalan-jalan di desa
itu dan melintasi “Rumah Seribu Cermin”. Ia tertarik pada rumah itu dan
memutuskan untuk masuk melihat-lihat apa yang ada di dalamnya.
Sambil melompat-lompat ceria ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu
depan. Telinga terangkat tinggi-tinggi, ekornya bergerak-gerak secepat
mungkin.Betapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam rumah, ia melihat ada
seribu wajah ceria anjing-anjing kecil dengan ekor yang bergerak-gerak
cepat. Ia tersenyum lebar, dan seribu wajah anjing kecil itu juga membalas
dengan senyum lebar, hangat dan bersahabat. Ketika ia meninggalkan rumah
itu, ia berkata pada dirinya sendiri, “Tempat ini sangat menyenangkan. Suatu
saat saya akan kembali mengunjunginya sesering mungkin.”
Sesaat setelah anjing itu pergi, datanglah anjing kecil yang lain. Namun,
anjing yang satu ini tidak seceria anjing yang sebelumnya.
Ia juga memasuki rumah itu. Dengan perlahan ia menaiki tangga rumah dan
masuk melalui pintu. Ketika berada di dalam, ia terkejut melihat ada seribu
wajah anjing kecil yang muram dan tidak bersahabat. Segera saja ia menyalak
keras-keras, dan dibalas juga dengan seribu gonggongan yang menyeramkan. Ia
merasa ketakutan dan keluar dari rumah sambil berkata pada dirinya sendiri,
“Tempat ini sungguh menakutkan, saya takkan pernah mau kembali ke sini
lagi.”
sumber: Cetivasi

0 comments:

Ketika Kami Tidak Cocok Lagi

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan yang hangat yang muncul ketika saya bersender di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa kenalan dan bercumbu, sampai sekarang, dua tahun dalam masa pernikahan, harus saya akui, saya mulai merasa lelah dengan semua itu.


Alasan saya mencintainya pada waktu dulu, telah berubah menjadi sesuatu yang melelahkan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak
kecil yang menginginkan permen. Dan suami saya bertolak belakang dari saya, rasa sensitifnya kurang, dan ketidakmampuannya untuk menciptakan suasana yang romantis di dalam pernikahan kami telah mematahkan harapan saya
tentang cinta.


Suatu hari, akhirnya saya memutuskan untuk mengatakan keputusan saya kepadanya. Saya menginginkan perceraian.


“Mengapa?” dia bertanya dengan terkejut.


“Saya lelah. Terlalu banyak alasan yang ada di dunia ini,” jawab saya.


Dia terdiam dan termenung sepanjang malam dengan rokok yang tidak putus-putusnya. Kekecewaan saya semakin bertambah. Seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang saya bisa harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan untuk mengubah pikiranmu?”


Seseorang berkata, mengubah kepribadian orang lain sangatlah sulit, dan itu benar. Saya pikir, saya mulai kehilangan kepercayaan bahwa saya bisa mengubah pribadinya. Saya menatap dalam-dalam matanya dan menjawab dengan pelan, “Saya punya pertanyaan untukmu. Jika kamu dapat menemukan jawabannya yang ada di dalam hati saya, mungkin saya akan mengubah pikiran.
Seandainya, katakanlah saya menyukai setangkai bunga yang ada di tebing gunung, dan kita berdua tahu, jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?”


Dia berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok.”


Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya melihat selembar kertas dengan coret-coretan tangannya, di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat, yang bertuliskan:


“Sayang, Saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu. Tetapi izinkan saya untuk menjelaskan alasannya.”


Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya mencoba untuk kuat melanjutkan membacanya kembali…


“Kamu hanya bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor. Lalu saya harus memberikan jari-jari saya untuk memperbaiki programnya.


“Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa masuk mendobrak rumah, membukakan pintu untukmu.


“Kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi: saya harus memberikan mata untuk mengarahkanmu.


“Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ‘tamu’ kamu datang setiap bulannya: saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal.


“Kamu senang diam di dalam rumah, dan saya kuatir kamu akan jadi ‘aneh’. Lalu saya harus memberikan mulut saya untuk menceritakan lelucon dan cerita-cerita untuk menyembuhkan kebosananmu.


“Kamu selalu menatap komputer dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu. Saya harus menjaga mata saya sehingga ketika nanti kita tua, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu. Saya akan memegang tanganmu, menelusuri pantai, menikmati sinar matahari dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga kepadamu yang bersinar seperti wajah cantikmu….


“Juga sayangku, saya begitu yakin ada banyak orang yang mencintaimu lebih dari cara saya mencintaimu. Tapi saya tidak akan mengambil bunga itu lalu mati….”


Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur dan saya membaca kembali…


“Dan sekarang sayangku, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana dengan susu segar dan roti kesukaanmu….”


Saya segera membuka pintu dan melihat wajahnya yang dulu sangat saya cintai. Dia begitu penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti. Saya tidak kuat lagi dan langsung memeluknya dan rebah di bahunya yang bidang sambil menangis…. (SM)


sumber: Motivasi Net

0 comments:

Sebuah Ciuman Selamat Tinggal

Rapat Direksi baru saja berakhir. Bob mulai bangkit berdiri dan menyenggol
meja sehingga kopi tertumpah keatas catatan-catatannya.
“Waduhhh,memalukan sekali aku ini, diusia tua kok tambah ngaco..”
Semua orang ramai tergelak tertawa, lalu sebentar kemudian, kami semua mulai
menceritakan Saat-saat yang paling menyakitkan dimasa lalu dulu.
Gilirannya kini sampai pada Frank yang duduk terdiam mendengarkan kisah
lain-lainnya.
“Ayolah Frank, sekarang giliranmu. Cerita dong, apa saat yang paling tak
enak bagimu dulu.” Frank tertawa, mulailah ia berkisah masa kecilnya.
“Aku besar di San Pedro. Ayahku seorang nelayan, dan ia cinta amat pada
lautan. Ia punya kapalnya sendiri, meski berat sekali mencari mata
pencaharian di laut. Ia kerja keras sekali dan akan tetap tinggal di laut
sampai ia menangkap cukup ikan untuk memberi makan keluarga. Bukan cuma
cukup buat keluarga kami sendiri, tapi juga untuk ayah dan ibunya dan
saudara-saudara lainnya yang masih di rumah.”
Ia menatap kami dan berkata, “Ahhh, seandainya kalian sempat bertemu ayahku.
Ia sosoknya besar, orangnya kuat dari menarik jala dan memerangi lautan demi
mencari ikan. Asal kau dekat saja padanya, wuih, bau dia sudah mirip kayak
lautan. Ia gemar memakai mantel cuaca-buruk tuanya yang terbuat dari kanvas
dan pakaian kerja dengan kain penutup dadanya. Topi penahan hujannya sering
ia tarik turun menutupi alisnya. Tak perduli berapapun ibuku mencucinya,
tetap akan tercium bau lautan dan amisnya ikan.”
Suara Frank mulai merendah sedikit.
“Kalau cuaca buruk, ia akan antar aku ke sekolah. Ia punya mobil truk tua
yang dipakainya dalam usaha perikanan ini. Truk itu bahkan lebih tua umurnya
daripada ayahku. Bunyinya meraung dan berdentangan sepanjang perjalanan.
Sejak beberapa blok jauhnya kau sudah bisa mendengarnya. Saat ayah bawa truk
menuju sekolah, aku merasa menciut ke dalam tempat duduk, berharap semoga
bisa menghilang. Hampir separuh perjalanan, ayah sering mengerem mendadak
dan lalu truk tua ini akan menyemburkan suatu kepulan awan asap. Ia akan
selalu berhenti di depan sekali, dan kelihatannya setiap orang akan berdiri
mengelilingi dan menonton. Lalu ayah akan menyandarkan diri ke depan, dan
memberiku sebuah ciuman besar pada pipiku dan memujiku sebagai anak yang
baik. Aku merasa agak malu, begitu risih. Maklumlah, aku sebagai anak umur
dua-belas, dan ayahku menyandarkan diri kedepan dan menciumi aku selamat tinggal!”
Ia berhenti sejenak lalu meneruskan, “Aku ingat hari ketika kuputuskan aku
sebenarnya terlalu tua untuk suatu kecupan selamat tinggal. Waktu kami
sampai kesekolah dan berhenti, seperti biasanya ayah sudah tersenyum lebar.
Ia mulai memiringkan badannya kearahku, tetapi aku mengangkat tangan dan berkata, ‘Jangan, ayah.’ Itu pertama kali aku berkata begitu padanya, dan wajah ayah tampaknya begitu terheran.
Aku bilang, ‘Ayah, aku sudah terlalu tua untuk ciuman selamat tinggal.
Sebetulnya sudah terlalu tua bagi segala macam kecupan.’
Ayahku memandangiku untuk saat yang lama sekali, dan matanya mulai basah.
Belum pernah kulihat dia menangis sebelumnya. Ia memutar kepalanya,
pandangannya menerawang menembus kaca depan. ‘Kau benar,’ katanya.
‘Kau sudah jadi pemuda besar……seorang pria. Aku tak akan menciumimu
lagi.’”
Wajah Frank berubah jadi aneh, dan air mata mulai memenuhi kedua matanya,
ketika ia melanjutkan kisahnya. “Tidak lama setelah itu, ayah pergi melaut
dan tidak pernah kembali lagi. Itu terjadi pada suatu hari, ketika sebagian
besar armada kapal nelayan merapat dipelabuhan, tapi kapal ayah tidak.Ia punya keluarga besar yang harus diberi makan.
Kapalnya ditemukan terapung dengan jala yang separuh terangkat dan
separuhnya lagi masih ada dilaut.Pastilah ayah tertimpa badai dan ia mencoba
menyelamatkan jala dan semua pengapung-pengapungnya.”
Aku mengawasi Frank dan melihat air mata mengalir menuruni pipinya.
Frank menyambung lagi, “Kawan-kawan, kalian tak bisa bayangkan apa yang akan
kukorbankan sekedar untuk mendapatkan lagi sebuah ciuman pada
pipiku….untuk merasakan wajah tuanya yang kasar……untuk mencium bau air
laut dan samudra padanya…..untuk merasakan tangan dan lengannya merangkul
leherku. Ahh, sekiranya saja aku jadi pria dewasa saat itu. Kalau aku
seorang pria dewasa, aku pastilah tidak akan pernah memberi tahu ayahku
bahwa aku terlalu tua ‘tuk sebuah ciuman selamat tinggal.”
Semoga kita tidak menjadi terlalu tua untuk menunjukkan cinta kasih
kita…..
oleh : Thomas Charles Clary

Sumber

0 comments:

PENANGGALAN ISLAM MENURUT AL-QURAN

Manusia purbakala semenjak Adam sampai Nuh senantiasa menggunakan penanggalan Qamariah, dan yang demikian itu sesuai dengan firman Allah:

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (QS. At-Taubah[9]:36)

Tetapi setelah badai Nuh, terjadilah pergantian musim karena bumi bergerak zig-zag ke selatan dan ke utara garis ekliptik sewaktu mengorbit pada lingkarannya mengitari matahari. Pergantian musim tersebut nyata mempengaruhi sosial ekonomi penduduk yang mendiami zona temperatur, maka penduduk Mesirlah yang pertama kali menjadikan pergantian musim untuk penanggalan sesuai dengan jadwal pertanian waktu itu. Ini ditandai dengan bintang Sirius bersamaan dengan terbitnya matahari di ufuk timur. Menurut catatan yang ada, hal yang sama juga berlaku pada bangsa Maya di Mexico sejak kira-kira 580 tahun sebelum Masehi.

Sewaktu Julius Caesar berada di Mesir, dia mempelajari penanggalan musim, dan dengan pertolongan seorang astronom Greek bernama Sosigenes, maka berubahlah tradisi bangsa Romawi yang awalnya menggunakan penaggalan Qamariah menjadi penanggalan musim. Bahkan salahsatu nama bulan dalam penaggalan musim itu ditukar dengan July untuk menghormati Caesar. Dia dilahirkan pada tahun 116 sebelum Masehi dan meninggal tahun 44 sebelum Masehi, sedangkan penanggalan musim mulai disyahkan pada tahun 45 sebelum Masehi, yaitu satu tahun sebelum kematian Julius Caesar.

Sewaktu penanggalan tersebut diuji ternyata cocok dengan pergantian musim yang satu tahunnya terdiri dari 365 hari 6 jam. Maka mulailah bangsa lain, yang awalnya menggunakan Lunar Year, mengikuti penanggalan musim. The 1973 World Almanac And Book of Facts menyatakan bahwa penganut Protestan baru mulai menggunakan penanggalan musim pada permulaan abad 18 Masehi. Perancis pada tahun 1793, Jepang tahun 1873, China tahun 1912, Greek tahun 1924, dan Turki tahun 1927.

Setelah enam belas abad, penanggalan musim yang disahkan oleh Julius Caesar itu ternyata tidak tepat lagi sebagai tahun musim, sebab memang pergerakan Bumi ke utara dan ke selatan telah semakin berkurang sesuai dengan berkurangnya gerak pendulum bebas. Daerah kutub yang diliputi es semakin meluas sesuai dengan ketentuan Allah dalam Al-Quran surah Ar-Rad ayat 41 dan surah Al Anbiyaa ayat 44 hingga pernah dikatakan “Bumi jadi semakin dingin”, dan musim dingin memang lebih cepat datangnya dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.

Karena itu, Paus Georgery VIII merubah penanggalan tersebut dan menetapkan tanggal 4 oktober 1582 menjadi tanggal 15 oktobe 1582, atau memperpendeknya sebanyak sebelas hari berdasarkan pada pergantian musim yang tidak cocok lagi dengan penanggalan Julius Caesar, dan bahwa waktu dalam tahun musim telah semakin berkurang. Tepatnya waktu itu ialah 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik. Penanggalan inilah yang sampai pada abad 20 Masehi masih dipergunakan oleh berbagai bangsa di dunia.

Sebagai akibat dari kalender Georgery ini, maka Inggris dan daerah kolonialnya di Amerika merubah pula tanggal 3 September 1752 menjadi tanggal 14 September 1752, hingga kelahiran George Washington yang pada awalnya dicatat tanggal 11 Pebruari 1731 harus dirubah menjadi tanggal 22 Pebruari 1731. Sementara itu timbul pula perbedaan pendapat mengenai hari kelahiran Jesus yang dinyatakan 25 Desember, ada yang menyatakan 4 tahun sebelum tahun Masehi yang berlaku, hingga tahun 2011 seharusnya ditulis tahun 2015.

Julius Caesar telah melakukan hal yang benar pada zamannya, begitu pula Paus Georgery VIII pada zamannya. Keduanya menyusun penanggalan musim yang cocok pada zaman masing-masing, tetapi waktu pergantian itu sendiri yang telah berkurang. Dan benar pula pernyataan Encyclopedia Americana 1975 jilid 9 halaman 588; yakni 75’ setiap seratus tahun.° 27’ pada tahun 1975, dan berkurang terus menerus 0° bahwa penyimpangan ekuator bumi dari garis ekliptik keliling matahari tercatat 23.

Adapun penanggalan musim yang disebut juga dengan tahun Masehi ini sebetulnya bukan berdasarkan pada edaran bumi yang mengelilingi matahari. Sebab Julius Caesar dan Paus Georgery VIII sendiri ketika itu masih mengira bahwa bintang-bintang mengitari bumi dan mereka belum mengetahui keadaan bumi yang sebenarnya. Tetapi anehnya, umat manusia hari ini masih menggunakan penanggalan musim tersebut, bahkan mengira bahwa orbit bumi mengelilingi matahari merupakan dasar yang cocok untuk penanggalan itu.

Suatu hal yang selama ini kurang diperhatikan penduduk bumi adalah bahwa sesungguhnya penanggalan musim itu hanya menguntungkan penduduk zona temperatur belahan utara, tetapi merugikan penduduk belahan selatan, terutama menyangkut hari-hari libur. Mereka merayakan tahun baru tanpa dasar yang pasti, dan berbulan baru saat bulan di angkasa sedang purnama.

Kalender Julius Caesar diperbaiki Paus Georgery VIII setelah 16 abad, dan perbaikan itu sudah berlangsung selama 4 abad. Oleh karenanya sangat wajar bila kemudian timbul pendapat yang mengatakan penaggalan pergantian musim tidak cocok lagi dengan penanggalan Masehi. Penanggalan inilah yang dimaksud oleh Allah dalam firman-Nya:

"Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. At-Taubah[9]:37)

[Ingat, bahwa sesudah tanggal 4 Oktober 1582 harus ditulis tanggal 15 Oktober 1582, demikian seterusnya.]

Allah melarang kita menggunakan penanggalan berdasarkan pergantian musim karena tidak permanen, bahkan dari waktu ke waktu kian berkurang rentang masanya serta menguntungkan penduduk belahan utara untuk sementara waktu tetapi merugikan penduduk di selatan untuk selamanya. Apalagi di daerah kutub, di mana satu tahunnya terdiri dari satu siang dan satu malam. Penanggalan itu menghilangkan nilai empat bulan penting dalam Islam yang pada awal abad 15 Hijriah hampir tidak dihiraukan oleh orang-orang muslim sendiri karena pada bulan-bulan tersebut mereka masih tetap melakukan perburuan di muka bumi. Dan yang paling terkesan adalah bahwa penanggalan musim itu telah memperbanyak hari libur di antara masyarakat Islam, ditambah dengan wajib puasa pada bulan Ramadhan.

Dinyatakan bahwa penanggalan musim itu sebagai suatu kemunduran karena mengundurkan jumlah hari dalam setahun dari 355 hari menjadi 365 hari pada abad 15 Hijriah, dan dinyatakan penambahan dalam kekufuran karena penanggalan itu menyebabkan tanggal-tanggal penting dalam Islam menjadi tidak menentu dan tidak pasti. Penanggalan itu juga yang menyebabkan orang berlibur mingguan, terbukti dengan nama hari Friday dan Sunday, yaitu hari untuk libur saat mana hukum Islam menjadi sulit untuk dilaksanakan. Akhirnya pengguna penanggalan musim menghalalkan yang secara jelas diharamkan oleh Allah dan itulah penambahan dalam kekufuran.

Allah menyatakan agar penanggalan didasarkan pada orbit bumi dan orbit bulan seperti dimaksud pada surah At-Taubah ayat 36 di atas, bahkan lebih jelas lagi ditegaskan-Nya pada ayat-ayat berikut ini:

"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS. Al-Baqarah[2]:189)

"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. Al-Baqarah[2]:197)

Hilal, yaitu bulan baru atau bulan sabit yang waktunya ditentukan oleh Allah 12 kali dalam satu tahun, selain ditegaskan dalam Al-Qur'an surah At-Taubah ayat 36 di atas, juga sangat erat hubungannya dengan ayat berikut:

"Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui." (QS. Yunus[10]:5)

"Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa." (QS. Yunus[10]:6)

Karenanya, inilah yang harus dijadikan sebagai dasar penanggalan. Selama 12 bulan itu ada 4 bulan terlarang saat mana wajib Haji berlaku bagi setiap Muslim yang sanggup. Adapun dari surah Al-Baqarah ayat 189 di atas, kita mengerti bahwa manusia tidak dibenarkan mendatangi rumah-rumah dari belakangnya akan tetapi hendaklah dari pintu-pintu depannya dan tentu saja, tiak seorang pun yang memiliki akal sehat memilih memasuki rumah dari belakang yang tidak berpintu. Namun yang sesungguhnya dimaksud oleh Allah dalam Ayat Suci itu, sekalipun tampaknya wajar dan lumrah saja, adalah mendatangi atau memasuki bulan penanggalan setiap tahun harus dari Hilal yang sudah lebih dulu dinyatakan pada awal ayat itu sendiri.

Artinya, hendaklah orang berawal bulan di waktu Hilal mulai muncul di ufuk barat di senja hari yang berlaku pada penanggalan Qamariah. Tetapi orang yang memakai penanggalan musim tidak memperdulikan Hilal, bahkan mereka berawal justru saat bulan sedang purnama. Hal ini dinyatakan Allah sebagai mendatangi rumah dari belakang yang tidak berpintu, dan pada Ayat ke 37 surah Al-Baqarah dinyatakan sebagai menambah pada kekafiran.

Jika penanggalan musim tidak berdasarkan pada orbit bumi yang mengelilingi matahari dan tidak pula pada orbit bulan yang mengelilingi bumi, disusun hanya untuk keuntungan pertanian penduduk belahan utara buat sementara, dan selalu merugikan penduduk belahan selatan selamanya; maka penanggalan Qamariah yang berdasarkan orbit kedua benda angkasa tadi secara logis dan adil justru menguntungkan semua orang.

Dengan memakai penanggalan Qamariah, maka:
  1. Ibadah puasa bulan Ramadhan untuk 18 tahun berlangsung pada musim semi dan musim panas di setiap zona temperatur, dan 18 tahun selanjutnya berlangsung pada musim gugur dan musim dingin secara bergantian. Sekiranya bulan Ramadhan itu diganti dengan July atau January maka keadilan tadi tidak akan berlaku. Demikian pula ibadah Hajji ke Makkah.
  2. Penanggalan dengan mudah dapat diketahui setiap hari, berdasarkan keadaan bulan di angkasa dan berlaku permanen pada tanggal tertentu setiap bulan, hal mana tidak mungkin diketahui pada penanggalan musim.
  3. tigapuluh satu bulan pada Lunar Year sama dengan tigapuluh bulan Solar Year, hal mana menguntungkan pekerja bulanan dan orang-orang yang digaji menurut penanggalan.
  4. Penanggalan Qamariah sifatnya tetap tanpa perubahan di bumi, demikian pula di planet-planet lain sebagaimana dimaksud dalam Al-Qur'an surah At-Taubah ayat 36. Pada saatnya nanti akan diketahui apakah kecepatan orbit bulan sama dengan kecepatan bulan kita atau tidak, tetapi jelas sekali bahwa pergantian musim di setiap planet tidak wajar dijadikan dasar penanggalan.
Dalam Alquran, tahun penanggalan yang berhubungan dengan orbit bulan yang mengelilingi bumi dan orbit bumi yang mengelilingi matahari dinamakan dengan "Sanah" yang kini disebut tahun Qamariah, sementara yang berhubungan dengan musim dinamakan dengan "‘Aam" yang kini disebut tahun Syamsiah atau Solar Year.

Tahun Qamariah atau Lunar Year yang menjadi dasar penanggalan Hijriah adalah tahun yang rentang waktunya tidak pernah berkurang. Ini dapat difahami jika orang sudi memperhatikan sejarah dan keadaannya:
  1. Orbit bumi yang mengelilingi matahari bukanlah berupa lingkaran bundar karena lingkaran begini akan menggambarkan jarak bumi dari matahari selalu sama sepanjang tahun, padahal pengukuran dengan sistem parallax menyatakan ada kalanya bumi berjarak 90 juta mil dari matahari dan ada kalanya berjarak 94 juta mil. Sekiranya orbit bundar itu benar maka bumi akan kekurangan daya layangnya untuk mengitari matahari, dan aktifitas sunspot di permukaan matahari tetap stabil, statis, padahal perubahan aktifitas itu selalu ada yang ditimbulkan oleh tarikan matahari pada planet-planet lain yang kadang-kadang mendekat dan kadang-kadang menjauh.
  2. Orbit bumi yang mengelilingi matahari bukan pula berupa lingkaran elips atau lonjong karena lingkaran begini akan membentuk dua titik perihelion dan dua titik aphelion orbit. Jika benar elips atau lonjong, maka susunan tatamatahari akan kacau balau dengan akibat yang sulit diramalkan. Dan dengan pemikiran logis, orbit demikian dapat dikatakan tidak mungkin terjadi dalam tarik-menariknya matahari dengan bumi, karena setiap kali bumi berada pada titik perihelion orbitnya, dia harus tertarik untuk membelokkan arah layangnya ke kiri beberapa derajat mendekati matahari yang dikitari.
  3. Orbit berbentuk lingkaran oval adalah satu-satunya yang diciptakan untuk bumi, memiliki satu perihelion yaitu titik di mana bumi paling dekat pada matahari sembari melayang cepat, dan satu titik aphelion yaitu titik terjauh dari matahari saat mana bumi melayang lambat. Dengan orbit oval begini terwujudlah daya layang berkesinambungan menurut KETENTUAN Allah, begitu pun jarak relatif antara 90 juta mil, dan aktifitas sunspots yang berubah-ubah sepanjang tahun guna mewujudkan pergantian musim dan perubahan cuaca di muka Bumi.
Keadaan orbit planet yang demikian ini dinyatakan oleh Allah dengan sebutan "Sidrah" pada ayat-ayat berikut:

"(yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya." (QS. An-Najm[53]:14-16)

Arti Sidrah adalah Teratai, bunga yang mengambang di atas permukaan air sementara akarnya tertanam kuat ke tanah di dasar air. Saat pasang naik, teratai itu ikut naik dan ketika pasang surut dia pun ikut turun. Demikian pula bumi bergerak mengitari matahari dalam orbit ovalnya - yang prinsipnya kemudian digunakan oleh manusia pada roda dengan sistem piston guna penambah daya dorong pada mesin bertenaga besar.

Lingkaran oval berbentuk telur memiliki bujur besar dengan titik aphelion, dan bujur kecil dengan titik perihelion. Sewaktu bumi berada pada titik perihelion ini, tarik-menariknya dengan matahari sangat kuat sehingga pada saat itu gelombang laut menjadi lebih besar daripada biasanya, dan dimulailah penanggalan Muharram sebagai bulan pertama Lunar Year. Karena keadaan bumi serius sekali, melayang cepat dan saat itu posisinya sangat dekat dengan matahari, lalu dinamakan Muharram atau bulan terlarang atau Syahrul Haraam yang sering pula diartikan sebagai “Bulan Mulia.”

Kemudian bumi mulai melayang lambat dan paling lambat saat berada di titik aphelion, yaitu bulan ke-tujuh. Maka bulan Rajab itu pun dinamakan bulan terlarang karena bumi ketika itu paling jauh dari matahari dan dalam keadaan serius pula. Pada tanggal 27 bulan itulah, dahulu Nabi Muhammad SAW dimi’rajkan Allah dari bumi ke Sidhratil Muntaha.

Setelah itu bumi mulai pula melayang cepat karena ditarik oleh matahari hingga mencapai bulan ke-sebelas dan lebih cepat pada bulan ke-duabelas, yaitu bulan Zulkaedah dan Zulhijah. Semakin dekat pada matahari, kedua bulan itu lalu dinamakan juga bulan terlarang karena nyatanya bumi dalam keadaan serius. Dan pada tanggal 29 Zulhijah, bumi menyelesaikan satu orbitnya 345 derajat matahari, yaitu satu tahun Lunar Year.

Itulah sebabnya kenapa Muharram, Rajab, Zulkaedah, dan Zulhijah dinamakan empat bulan terlarang. Pada bulan-bulan ini bumi sedang mengalami tarikan kuat dari matahari dan juga mengalami tarikan terlemah hingga manusia di bumi bagaikan diberi peringatan tentang planet yang didiaminya, terutama mereka yang mengetahui hisaab atau perhitungan nasib diri. Namun keadaan ini juga mengandung ilmu astronomi yang perlu dipelajari oleh manusia.

Sementara itu, bulan Rabi’ul Awal, bulan di mana Rasulullah saw lahir dan meninggal dunia, begitu juga bulan Ramadhan sebagai bulan turunnya Al-Quran, sama-sama tidak dinyatakan sebagai bulan terlarang. Dari sini cukup jelas bahwa Islam tidak mengenal kultus. Sebagai contoh, Al-Quran tidak memberikan cukup data tentang hari kelahiran Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw, sekalipun yang disebut pertama adalah pendiri Ka'bah dan dinyatakan oleh Allah sendiri sebagai Imam bagi seluruh umat manusia, sementara yang kedua dinyatakan-Nya sebagai pembawa rahmat bagi semesta alam sekaligus Nabi penutup dan Rasul Allah yang terakhir.

Satu kali orbit bumi mengitari matahari bukan 360 derajat, akan tetapi 345 derajat, yang dilaluinya selama 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik. Dalam satu bulan Qamariah, bumi bergerak sejauh 28? 45’ atau dalam satu hari sejauh 0derajat 58’ 28’’,4.

Perlu dicatat bahwa bulan mengorbit mengitari bumi sejauh 331? 15’, selama 29 hari 12 jam 44,04 menit. Dia bergerak dalam satu hari sejauh 11? 12’. Jadi keliling 360? – 331? 15’ = 28? 45’. Jika dikalikan 12 bulan Qamariah maka satu tahun Islam adalah 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik atau 345 derajat gerak edar bumi mengelilingi matahari.

Untuk mengitari matahari 360 derajat keliling, bumi memerlukan waktu selama 370 hari. Sementara itu, satu tahun musim pada abad 20 Masehi dijalani Bumi sejauh 355? 12’ selama 365 hari 6 jam. Hal ini dapat dibuktikan dengan terlambatnya bintang-bintang di angkasa pada waktu tertentu yang sama setiap tahunnya sejauh 4? 48’.

48’ sebelum mencapai titik lingkaran penuh, hingga 360? – 355? 12’ = 4? 48’. Jika dikalikan dengan 75 tahun musim menjadi 360? barulah bumi berada pada posisinya semula sebagai awal tahunnya. Ketika itu bintang-bintang di angkasa mungkin berada kembali pada posisi tertentu pada waktu bersamaan dengan 75 tahun y° Jadi menurut tahun musim atau Solar Year, bumi bergerak mengelilingi matahari sejauh 355? 12’, karena bumi sendiri tidak berada pada titik perihelion orbit awalnya.

Namun jika dihitung menurut tahun Hijrah atau Lunar Year, ternyata bumi memulai orbitnya dari titik perihelion pada tanggal 1 Muharram, lalu bergerak 345 derajat keliling matahari yaitu 15? sebelum mencapai titik lingkaran 360 penuh. 24 tahun kemudian, bumi akan berada kembali pada posisinya semula, yaitu 360? – 345? sama dengan 15? x 24 tahun = 360?. Waktu itu setiap bintang di angkasa berada kembali pada posisi tertentu bersamaan dengan posisinya pada waktu tertentu 24 tahun silam, dan bumi juga berada kembali pada titik perihelion orbitnya lagi.

Adakah ayat-ayat Allah yang menganjurkan manusia untuk menggunakan penanggalan Qamariah?

Al-Quran memberitahu manusia tentang hal-hal yang logik, sesuai dengan pertimbangan dan pemikiran akal sehatnya. Ini disebutkan dalam berbagai ayat, di antaranya:

"(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu." (QS. Ali-Imran[3]: 60).

Al-Quran mengandung pokok-pokok keterangan dan jawaban atas setiap pertanyaan, dinyatakan dengan:

"(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri." (QS. An-Nahl[16]:89).

Hanya manusia saja yang belum dapat dengan sungguh-sungguh mengambil manfaat dan menggunakan seluruh keterangan Al-Quran dengan sebaik-baiknya. Adapun mengenai penanggalan, secara spontan Al-Quran memberikan pelajaran sebagaimana dimaksudkan pada ayat-ayat tersebut di atas, yakni surah At-Taubah ayat 36 dan 37 serta surah Yunus ayat 5 dan 6.

Rangkaian ayat suci di atas secara jelas menerangkan bahwa penanggalan yang berlaku dan yang harus digunakan dalam seluruh aspek kehidupan dalam wilayah tata-surya ini adalah penanggalan Qamariah di bumi. Sebab penaggalan pergantian musim nyata semakin pendek waktunya, dan jika orang menggunakan penanggalan musim pula di Jupiter misalnya, maka satu tahun di sana adalah sama dengan sebelas tahun di bumi, karena selama itu pula masa pergantian musim di planet itu. apalagi kalau di Saturnus yang satu musimnya berlangsung selama 29 tahun bumi!

Penanggalan Qamariah di bumi mungkin banyak faedahnya terutama saat sudah berjalannya penerbangan antar planet. Satu-satunya planet yang memilik SATU BULAN hanyalah bumi. Oleh karenanya praktislah penanggalan Qamariah di bumi digunakan untuk wilayah tata-surya kita. Sebentar lagi terwujudlah hubungan antar planet itu sebagai realita dari maksud surah Yunus ayat 6 tadi dan sesuai pula dengan ayat berikut:

"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu." (QS. At-Thalaq[65]:12)

Karenanya, hendaklah manusia membiasakan diri dengan maksud yang terkandung dalam surah At-Taubah ayat ke 36 di atas.

Jika orang melihat matahari condong ke utara atau ke selatan sewaktu terbit dan terbenamnya, maka itu hanyalah karena gerakan zigzag dari bumi ketika bergerak mengelilingi matahari. Kejadian yang dilihat itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada tanggal 21 Maret, matahari tepat berada di atas garis ekuator sambil bergerak ke arah utara, dan tanggal 21 Juni matahari mencapai titik 23,5 derajat dari ekuator, titik pada garis keliling yang dinamakan dengan Tropic of Cancer. Ketika itu berlaku siang terpanjang di belahan utara, sebaliknya malam terpanjang di belahan selatan. Dari tanggal 21 Juni matahari mulai bergerak kembali ke arah ekuator dan tepat berada di atas garis ekuator pada tanggal 21 September.

Pada tanggal 22 September matahari terus bergerak dari garis ekuator ke arah selatan dan sampai di garis yang dinamakan Tropic of Capricorn yaitu pada titik 23,5 derajat dari ekuator keliling bumi. Ketika itu tercatat tanggal 22 Desember saat mana berlaku siang terpanjang di belahan selatan dan malam terpanjang di belahan utara. Selanjutnya matahari bergerak kembali ke arah ekuator bumi dan sampai pada tanggal 20 Maret untuk pergantian musim selanjutnya.

Dengan gerakan matahari yang tampak dari bumi demikian, timbullah tiga lingkungan daerah tadi, baik di belahan utara maupun di belahan selatan yang rentang waktu siangnya berlainan, begitu pula rentang waktu malamnya. Disebabkan oleh hal itu pula adanya empat pergantian musim di zona temperature yaitu yang dinamakan orang sebagai musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Perpindahan posisi matahari itu juga yang menimbulkan waktu subuh, maghrib, dan sebagainya tidak pernah tetap di suatu daerah. Kadang-kadang lebih cepat dari biasanya dan kadang-kadang lebih lambat.

Misalnya pada bulan Juni, penduduk Eropa Utara mengalami waktu subuh pada jam 03.00 menurut waktu setempat, dan waktu maghrib pada jam 21.00. Tetapi pada bulan Desember; waktu subuh di sana berlaku pada jam 09.00 dan waktu manghrib pada jam 15.00. Sementara itu pada kedua bulan tersebut, penduduk Australia mengalami waktu subuh dan manghrib sebaliknya.

Dari catatan perkembangan sejarah sejak abad ke-tujuh Masehi dapat diketahui bahwa masyarakat Islam senantiasa menentukan waktu Shalat dan Puasa berdasarkan terbit dan terbenamnya matahari dipandang dari daerah kediaman masing-masing. Begitu pula penanggalan tahunan yang menurut surah At-Taubah ayat ke 36 harus didasarkan pada orbit bulan. Tetapi karena adanya pengaruh Bani Israil, tanpa disadari, banyak sekali umat Muslim yang menggunakan penanggalan musim, padahal hal itu sudah diperingatkan oleh Allah sebagai hal yang menambah pada kekafiran. Mereka mengawali bulan baru pada saat bulan di angkasa tampak purnama yang seharusnya dinyatakan sebagai 'pertengahan bulan' dalam penanggalan.

Mereka mengawali bulan baru tanpa dasar dan alasan yang pasti, kecuali menyebutkan "tradisional" sebagai alasan penyimpangannya. Begitu pula dalam bertahun baru menurut penanggalan musim atau Solar Year yang umumnya disebut tahun Masehi, mereka tidak memiliki dasar dan bukti yang kuat. Jika penanggalan itu benar-benar cocok dengan pergantian musim yang menjadi dasar penyusunannya, maka permulaan tahun atau tahun baru Masehi bukanlah pada 1 Januari, akan tetapi pada 23 Desember, yaitu tanggal permulaan matahari tampak bergerak dari Tropic of Capricorn di belahan selatan bumi ke arah Tropic of Cancer di belahan utara.

Jika misalnya penanggalan itu berdasarkan pada orbit bumi mengelilingi matahari, maka tahun barunya juga tidak akan selalu tepat pada tanggal yang sama sepanjang masa, karena orbit bumi 360º keliling matahari tidak berlangsung selama 365 1/4 hari pada abad 15 Hijriah, melainkan 370 hari dengan bukti bahwa posisi bintang-bintang di angkasa setiap tanggal 1 Januari dari tahun ke tahun senantiasa terlambat 40º 48′.

Jadi, pada tiap-tiap tahun barunya ternyata bumi tidak berada pada permulaan orbitnya. Bukan dimulai dari waktu bumi berada di titik Prihelion orbitnya, dan bukan pula dimulai waktu bumi berada pada derajat permulaan geraknya mengitari matahari.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas ialah bahwa sesungguhnya penanggalan yang benar adalah penanggalan Lunar Year atau Qamariah sesuai dengan petunjuk dan ridha Allah.

Perbedaan waktu terbit dan terbenamnya matahari tampak di suatu daerah bukanlah disebabkan oleh perubahan kecepatan rotasi bumi, tetapi terjadi karena ditimbulkan oleh garis zig-zag bumi dalam orbitnya mengitari matahari yang menyebabkan adanya pergantian musim.


[Sumber: myquran.com]


0 comments:

BAGAIMANA CARA MENGHITUNG KALENDAR HIJRIAH?

Kita perhatikan bahwa Hari Raya Islam setiap tahunnya tidak pernah jatuh pada tanggal yang sama, pada kalender Masehi yang kita gunakan sehari-hari. Bulan puasa tahun ini lebih cepat sekitar sebelas hari daripada tahun lalu. Bulan puasa tahun ini juga akan lebih lambat sekitar sebelas hari daripada bulan puasa tahun depan. Lalu, bagaimana sebenarnya cara perhitungan kalender umat Islam ini?

Dari tahun ke tahun dengan akumulasi perbedaan sekitar sebelas hari tiap tahunnya, misalnya, hari raya haji tidak selalu datang pada musim yang sama. Kadang hari raya haji terjadi pada musim panas dengan sinar matahari yang terik, kadang terjadi pada musim dingin yang menggigil. Mengapa terjadi perbedaan sekitar sebelas hari antara penanggalan Islam dengan penanggalan yang kita gunakan sehari-hari, yang resmi digunakan oleh dunia internasional?

Perbedaan ini bukan karena jumlah bulan yang berbeda antara penanggalan Islam dengan penanggalan Masehi. Pada prinsipnya jumlah bulan dalam kedua sistem penanggalan adalah sama. Keduanya memiliki duabelas bulan dalam satu tahunnya. Tahun dalam kalender yang digunakan sehari-hari atau penanggalan masehi diawali dengan Januari dan berakhir dengan Desember. Tahun dalam penanggalan Islam atau Hijriah diawali dengan bulan Muharram dan diakhiri dengan bulan Dzulhijjah. Diantaranya terdapat bulan Shafar, Rabiul Awwal, Rabiul Akhir, Jumadil Awwal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, dan Dzulko’dah.

Lantas apa yang membuat penanggalan Islam lebih cepat daripada penanggalan masehi? Pada penanggalan Islam pergantian bulan barunya adalah berdasarkan pada penampakan hilal, yaitu bulan sabit terkecil yang dapat diamati dengan mata telanjang. Hal ini tidak lain disebabkan penanggalan Islam adalah penanggalan yang murni berdasarkan pada siklus sinodis bulan dalam sistem penanggalannya (lunar calendar), yaitu siklus dua fase bulan yang sama secara berurutan.

Satu bulan dalam sistem penanggalan Islam terdiri antara 29 dan 30 hari, sesuai dengan rata-rata siklus fase sinodis Bulan 29,53 hari. Satu tahun dalam kalender Islam adalah 12 x siklus sinodis bulan, yaitu 354 hari 8 jam 48 menit 36 detik. Itulah sebabnya kalender Islam lebih pendek sekitar sebelas hari dibandingkan dengan kalender masehi dan kalender lainnya yang diperhitungkan berdasarkan pada pergerakan semu tahunan matahari (solar calendar). Karena ini pula bulan-bulan dalam sistem penanggalan Islam tidak selalu datang pada musim yang sama. Selain itu, dalam jangka waktu satu tahun masehi bisa terjadi dua tahun baru hijriah. Contohnya seperti yang terjadi pada tahun 1943, dua tahun baru hijriah jatuh pada tanggal 8 Januari 1943 dan 28 Desember 1943.

Perbedaan antara penanggalan hijriah dengan penanggalan masehi yang kita gunakan sehari-hari tidak berhenti di situ saja. Terdapat pula perbedaan pada pergantian harinya. Kita ketahui bahwa hari baru pada penanggalan masehi berawal pada jam 00.00 malam hari. Itu pula sebabnya orang sering mengucap selamat ulang tahun pada tengah malam jam 00.00 saat pergantian hari, dengan harapan ucapan tersebut menjadi ucapan pertama pada awal hari jadinya seseorang.

Dalam penanggalan Hijriah hari baru berawal setelah Matahari terbenam dan berlangsung sampai saat terbenamnya Matahari keesokan harinya. Misalnya, hari pertama dimulai sejak matahari terbenam hari sabtu dan berakhir sampai matahari terbenam pada hari minggu. Hari kedua dimulai sejak matahari terbenam hari minggu sampai matahari terbenam keesokan harinya, hari senin. Begitu seterusnya. Ketujuh hari dalam penanggalan Hijriah memang tidak dinamai, melainkan dinomori. Ketujuh hari tersebut adalah:

• Yawm al ‘ahad: hari pertama
• Yawm al ‘itsnayn: hari kedua
• Yawm ath tsalatsa: hari ketiga
• Yawm al ‘arba’a: hari keempat
• Yawm al khamis: hari kelima
• Yawm al jum’a: hari keenam
• Yawm as sabt: hari ketujuh

Untuk keperluan sipil sehari-hari, misalnya untuk negara-negara Islam yang memakai penanggalan Hijriah sebagai kalender resminya, penanggalan ini didasarkan pada perhitungan (hisab). Bulan terdiri dari 29 dan 30 hari secara bergantian. Dimulai dengan bulan Muharram yang terdiri dari 30 hari, disusul dengan Shafar 29 hari, kemudian Rabiul awal 30 hari dan seterusnya secara bergantian sampai bulan Dzulhijjah. Tetapi khusus untuk bulan terakhir ini jumlah hari bisa 29 atau 30 hari. Untuk tahun kabisat, bulan Dzulhijjah terdiri dari 30 hari. Untuk tahun basithoh (biasa), bulan Dzulhijjah terdiri dari 29 hari. Sehingga jumlah hari dalam tahun kabisat akan menjadi 355 hari.

Untuk keperluan keagamaan, misalnya untuk menentukan awal bulan Ramadhan atau Hari Raya, pergantian bulan pada penanggalan Hijriah tetap diwajibkan dengan dasar pengamatan hilal (rukyah). Pengamatan hilal ini pun harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan dengan sumpah suci pengamat berikut saksi. Di Indonesia kita kenal Badan Hisab Rukyat, bersama-sama dengan Departemen Agama, yang bertugas mengamat hilal di suatu tempat khusus. Ilmuwan, dalam hal ini ahli ilmu falak dan astronom, tidak ketinggalan. Karena terlihat atau tidaknya hilal dapat diprediksi dengan perhitungan yang sudah menjadi pekerjaan mereka sehari-hari.

Tetapi dalam hal hilal ini terkadang suatu organisasi Islam mempunyai acuannya sendiri. Satu dengan lainnya tidak selalu sejalan. Oleh karena itu tidak mengherankan bila sering timbul perbedaan dalam memulai ibadah puasa dan Hari Raya Idul Fitri, misalnya. Hal yang seringkali terjadi di tanah air. Walaupun demikian, hendaknya persoalan ini tidak menjadi pembeda yang dapat meresahkan umat.


0 comments:

RUMITKAH CARA PERHITUNGAN KALENDAR ISLAM?

REPUBLIKA - Meskipun ada kalanya tahun baru Islam dan tahun baru Masehi hampir berdempetan namun kedua sistem penanggalan itu jelas berbeda.Tahun baru Masehi berdasarkan perhitungan semu matahari (syamsiah) mengelilingi bumi, sedangkan tahun baru Islam menggunakan acuan bulan (qomariah).Kalender Islam yang dimulai dengan bulan Muharam itu ditentukan berdasarkan penampakan hilal (bulan sabit pertama) sesaat sesudah matahari terbenam.

Dibandingkan dengan sistem penanggalan masehi yang berdasarkan hitungan pergerakan matahari, kalender bulan ini memiliki sistem yang lebih mudah diamati.Kemudahan itu dalam menentukan awal bulan dan kemudahan dalam mengenali tangggal dari perubahan bentuk dan fase bulan.

Menurut anggota Islamic Crescent's Observation Project (ICOP), Mutoha, dalam perjalanannya mengelilingi bumi, fase bulan akan berubah dari bulan mati ke bulan sabit, bulan separuh, bulan lebih separuh, purnama, bulan separuh, bulan sabit, dan kembali ke bulan mati. Satu periode dari bulan mati ke bulan mati, lamanya 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik (29,5306 hari); periode itu disebut dengan satu bulan. Panjang tahun dalam kalender bulan adalah 12 bulan (12 x 29.5306 hari), yakni 354 hari 8 jam 48 menit 34 detik (354,3672 hari).

Kalender bulan tertua yang diketahui berusia 17 ribu tahun dengan bukti keberadaan kalender ini terpahat di dinding Gua Lascaux, Perancis, ujarnya.Sedangkan kalender matahari menekankan pada keajegan (konsistensi) terhadap perubahan musim, tanpa memperhatikan tanda perubahan hariannya. Kalender ini menggunakan matahari sebagai patokan. Satu tahun terdiri atas 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik (365,422 hari) atau lamanya waktu yang diperlukan bumi untuk mengelilingi matahari.

Kelebihan kalender ini adalah, kesesuaiannya dengan musim, ia mencontohkan Indonesia, yang biasa mengalami musim kemarau antara bulan April hingga Oktober. Karenanya, kalender ini digunakan sebagai pedoman beraktivitas sehari-hari seperti bercocok tanam atau menangkap ikan.Namun berbeda dengan kalender matahari, dengan kalender bulan, orang awam bahkan bisa menentukan kapan pergantian bulan sehingga sistem kalender tradisional banyak yang bertumpu pada kalender bulan.

Menurut Pakar Astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, karena waktu ibadah sifatnya lokal, penentuannya yang berdasarkan penampakan hilal memang merupakan cara yang termudah.

Masyarakat di suatu tempat cukup memperhatikan kapan hilal teramati untuk menentukan saat ibadah puasa Ramadan, beridul fitri, beridul adha, atau saat berhaji (khusus di daerah sekitar Mekkah)."Bahkan seandainya cuaca buruk sehingga sulit melihat bulan, Nabi Muhammad SAW memberikan petunjuk praktis: genapkan bulan sekarang menjadi 30 hari, karena tidak mungkin bulan qamariyah lebih dari 30 hari," katanya.

Karena sifatnya lokal, apapun keputusan di suatu daerah sah berlaku untuk daerah itu. Daerah lain mungkin saja berbeda, tambahnya.

Membingungkan
Menurut dia, penentuan awal bulan yang saat ini sering membingungkan hanyalah merupakan akibat perkembangan zaman. Faktor-faktor penyebab kerumitan itu antara lain, tuntutan penyeragam waktu ibadah untuk daerah yang luas.

"Bahkan ada pula yang menuntut penyeragaman yang sifatnya mendunia tanpa menyadari bahwa banyak kendala yang dengan teknologi maju saat ini belum bisa teratasi," katanya.

Ia mengatakan, rukyatul hilal (pengamatan hilal) saat ini tidak murni lagi, di mana hisab (perhitungan) secara tak sadar telah mendominasi sebagian besar pengamat, meski hisab yang mereka gunakan banyak yang tidak akurat.Selain itu, urainya, tidak banyak lagi orang yang mengenali hilal, terutama di kota-kota besar, sehingga kemungkinan keliru mengidentifikasi objek lain sebagai hilal lebih mungkin terjadi.

Polusi atmosfer seperti debu dan cahaya mempersulit pengamatan hilal karena bersifat meredupkan, tambahnya. Kerumitan itu sebenarnya menurut Djamal, bisa sedikit diatasi dengan memanfaatkan data posisi hilal yang akurat dari almanak astronomi mutakhir yang merupakan hasil penyempurnaan almanak astronomi sepanjang sejarah perkembangannya.

Akurasi almanak astronomi dalam penentuan ijtima' (astronomical new moon) kini telah teruji pada ketepatan perhitungan waktu gerhana matahari yang pada hakikatnya adalah ijtima' teramati (observable new moon). Setidaknya informasi posisi hilal yang akurat bisa mencegah terjadinya kesalahan identifikasi hilal, ujarnya.

Kalau data almanak astronomi tentang posisi hilal sudah bisa diterima secara luas, menurut Djamal, berarti tinggal satu langkah lagi dalam mengatasi kerumitan itu, yakni menentukan kriteria visibilitas hilal. "Inilah bagian tersulit, tetapi telah dimulai oleh IICP (International Islamic Calendar Programme) di Malaysia yang dipimpin Mohammad Ilyas," katanya.

Dalam prakteknya, kriteria visibilitas hilal belum banyak dipakai, menurut dia, mungkin karena belum memasyarakat.

Kriteria utama yang banyak di pakai, lanjut dia, adalah bulan sudah di atas ufuk yang pada hakikatnya syarat wujudul hilal.

"Menurut data Badan Hisab dan Ru'yat Departemen Agama RI hilal dengan ketinggian 2 derajat berhasil di ru'yat. Itu berarti beda waktu terbenam hanya sekitar 8 menit, jauh di bawah ambang batas kriteria visibilitas hilal," ujarnya.

Karena itu, semua pihak perlu berlapang dada untuk berdiskusi mencari acuan yang paling sahih di antara data dan metode yang kini ada di masyarakat.

Bila semua ahli hisab telah mengacu pada almanak astronomi, lanjut dia, satu langkah lagi adalah menyepakati kriteria visibilitas hilal.Kriteria IICP yang memberikan syarat batas visibilitas hilal: beda waktu terbenam matahari dan bulan lebih dari 40 menit di daerah tropik, ia mengusulkan, sangat baik diterapkan di Indonesia dan negara-negara ASEAN untuk mengatasi kerumitan. (Dewanti lestari)


0 comments:

Surat Cinta yang Terbakar

Oleh JEMIE SIMATUPANG
Cerita Cerita Inspiratif dan Motivasi
YANG MANA HIDUP ini sebenarnya sederhana saja. Simpel. Yang mana seperti ditulis Pramoedya A. Toer satu kali dalam bukunya—yang saya pinjam dari seorang mahasiswa yang mana kalau nanti ada kesempatan saya sebutkan namanya—bahwa manusialah yang akhirnya membuatnya menjadi kompleks. Ribet. Dan akhirnya manusia kesusahan menjalani hidupnya—bahkan yang mana dia telah bertumpuk harta benda juga kekuasaan.

“Bahkan hidup itu lebih susah dari sekedar selembar surat cinta,” kata saya, “Surat cinta yang akan saya ceritakan nanti.”
Kalau saya ya tidak. Yang mana saya seorang tukang becak, maka saya jalani saja hidup sebagai tukang becak. Tak ada yang saya risaukan. Yang mana ada banyak penumpang, saya dan isteri, yang mana nanti saya sebutkan namanya, makan lebih enak dibanding kalau tak ada yang menumpang becak saya. Bahkan, kalau tak ada, kami sudah biasa berpuasa.
“Hidup itu hanya numpang ngombe atau kalau tidak suka hanya numpang naik becak yang mana kalau tak suka juga: ya sekedar numpang ketawa,” gitulah falsafah hidup saya.
Oya, sebelum saya menulis lebih berpanjang lebar, perlu juga saya informasikan di sini nama saya Kasmin. Orang lebih mengenal saya sebagai Bang Kasmin Becak. Benar, saya, Kasmin memang tukang becak. Tukang becak sejak lajangnya, sejak lagi masih berpacaran dengan isteri saya sekarang.
Ingat isteri, ingat lagi dengan surat cinta yang mana tadi saya janjikan akan diceritakan. Karena belum pernah mengirimkan surat cinta kepadanya, yang mana karena memang saya tak bisa menulis sebelumnya—saya diajarkan membaca, menulis, dan berhitung yang mana orang suka singkat menjadi “calistung” oleh mahasiswa yang meminjamkan saya buku Pram tadi, yang mana ia bernama: Sania, yang mana saya sangat berterimakasih kepadanya. Sekarang saya ingin sekali menuliskan surat saya kepada isteri saya yang tercinta itu, yang walaupun kami sudah sama-sama menjelang lima puluh, tapi tak luntur cinta saya kepadanya, malah bertambah-tambah seperti bertambahnya uban yang bertabur di kepala kami masing-masing.
Butet, isteri saya yang tercinta, inilah surat cinta saya yang pertama.
Yang mana teruntuk
Kekasihku, pujaan hatiku,
Butet
Di gubuk cinta kita,
Salam kasih-sayang selalu,
Butet,
Yang mana ini adalah surat cinta pertama saya untuk kau. Semoga tak kecil hatimu, walaupun sudah lebih dari 30 tahun kita jalani rumah tangga baru sekaranglah abang bisa tulis surat kepadamu.
Saya teringat waktu pertama kali kita berjumpa. Saya lupa tanggal bahkan harinya. Waktu itu kau suka menumpang di atas becak saya manakala pulang dari kerja. Kau dulu kerja di pabrik biskuit yang dekat amplas itu kan?
Ya, pasti saya tak salah ingat.
Yang mana waktu itu saya suka tolak ongkos yang butet berikan. Hm, bukan karena tak butuh uang, karena yang mana saya menaruh hati padamu. Tapi yang mana saya tak berani katakan kepadamu, entah apa namanya, tapi tiap kali saya mau ngomong yang serius, soal mengutarakan isi hati saya, yang mana dada saya jadi berdebar kencang, lidah saya kelu, dan saya tak bisa bilang apa-apa, selain: “sampai jumpa besok, tet!” lalu saya berbalik ke tempat saya mangkal meninggalkanmu di depan rumahmu.
Butet,
Yang mana akhirnya kita menikah juga. Saya tak sempat bilang cinta waktu itu, yang mana mungkin karena kita sama-sama tahu saja. Akhirnya saya putuskan untuk kirim utusan ke rumahmu untuk lamarkan dirimu pada orang tuamu. Tak terlalu ribet. “Kalau udah saling cinta, mau apa lagi,” kata orang tuamu waktu itu sebagai diceritakan utusan yang saya kirim kepada saya.
Kita menikah. Dan sekarang sudah lebih dari 30 tahun. Hm, tak apa kita tak punya anak, dan saya tak cari gara-gara juga untuk menikah dengan orang lain. Tak lain karena memang saya sangat-sangat cinta kepada Butet. Terlebih karena kesetiaanmu menjalani hidup dengan saya yang tukang becak dan sampai sekarang belum bisa memberikan rumah yang nyaman kepadamu, selain gubuk yang kita buat bersama di pinggir Sungai Deli ini—sungai yang dulu bisa dilayari oleh kapal sekarang tak lebih dari parit busuk yang penuh sampah saja.
Dan sama kita, sungai itu adalah rejeki juga, yang mana kita bisa mandi karenanya, menyuci pakaian, dan tentu juga buang hajat. Dan tentu saja kalau malam, kita bisa menghabiskan waktu bersama-sama di dalam rumah sambil mendengarkan gemericik airnya.
Saya juga suka merasa bersalah, yang mana saya tak bisa memberikan kebahagian padamu, hidup kita kok ya begini-begini saja dari dulu, bahkan tambah parah ketika kau terpaksa keluar dari pabrik karena alasan krisis pada 1998 yang lalu—tanpa wang pesangon.
Yah, karenanya kau terpaksa kau ambil upahan nyuci pada tetangga-tetangga kita.
Butet,
Saya tak bisa bilang apa-apa, ketika kau pergi pagi-pagi ke pajak (pasar), sebelum lagi saya bangun, dan pulang-pulang membawa kepala ikan tongkol. Ketika saya mau berangkat membecak, nasi hangat + gulai kepala tongkol sudah ada. Ketika satu kali saya bilang, “Enak ini Tet, tiap hari awak kena tongkol!” kau bilang sambil tersenyum-senyum, “Syukurlah, Bang! Tongkol itulah yang gratis di pajak, tapi harus subuh-subuh mengambilnya, sebelum dibuang mereka untuk mengumpani babi,”
Saya hampir tersedak. Bukan karena tak selera. Tapi karena sampai segitulah pengorbananmu pada rumah tangga kita.
Tet,
Saya tak bisa berlama-lama, berpanjang-panjang dengan surat cinta saya yang pertama ini, walaupun mestinya masih banyak cerita yang bisa saya ceritakan—pengalaman kita bersama selama ini. Ada penumpang yang minta diantarkan ke pajak. Langganan saya.
Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan.
Mesjid Raya Medan, 18 Juli 2011
Suamimu,
Bang Kasmin
Yang mana begitulah surat cinta saya yang pertama untuk isteri saya, yang mana telah saya kirimkan dengan meletakkannya dekat dapur di atas meja tempat meletakan bumbu-bumbu dapur—dekat tungku tempat ia menanak nasi. Yang mana setelah itu saya pun berangkat kerja, sebelum Butet pulang dari pajak, yang mana hari itu memang saya harus pergi cepat, karena ada langganan yang minta diantarkan ke pajak sambas, pagi-pagi benar.
Ketika menjelang maghrib yang mendung, saya pulang ke gubuk kami. Saya lihat isteri saya menyambut dengan senyum terindahnya. Saya menduga pastilah dia telah membaca surat cinta saya itu. Apalagi ketika masuk saya langsung disuguhin secangkir kopi.
“Minumlah, Bang! Biar hangat badanmu,” katanya.
“Makasih, Tet! Baik kali isteri awak ini,” kata saya.
“Alah abang ini!” katanya.
Butet lalu pergi ke dapur, menyiapkan segala sesuatu untuk makan malam kami. Saya menyusul, pura-pura membantu, membuka bungkus Indomie rasa kari ayam, dan mematah empat isinya, padahal niat saya mau bertanya, bagaimana tanggapannya terhadap surat cinta saya—dan apakah sudah ada balasannya.
“Tet, sudah kau baca surat cinta awak?”
“Surat cinta!?”
“Ya. Surat. Surat cinta awak untuk butet!”
“Kemasukan apanya kau, bang!” kata butet tak percaya, karena memang ngapain pulak saya harus mengirimkan surat cinta lagi, tokh mereka sudah menikah sejak—sebagai cerita-cerita dongeng—dulu kala.
“Sadar awak, Tet! Tadi suratnya saya letakkan di sini,” kata saya menunjukkan meja di sebelah tungku.
“Bah, itu surat cinta yang abang bilang?”
“Iya itulah! Cemana menurutmu?”
“Sudah awak bakar bang, bukan tak suka, tapi karena awak tak tahu itu surat cinta abang, saya bikin pemancing api untuk menjerang air tadi pagi,” kata isteri saya, sekarang dengan wajah agak cemas.
“Owalah, Tet!”
Saya tak marah. Tapi malah berpikir menyalahkan diri sendiri, yang mana kok saya surprise-suprisan. Surat itu sekarang sudah jadi abu. Yang mana isteri saya telah menyulutnya bersama kayu api. Yang mana juga karena ia sudah tak lagi pakai kompor minyak tanah, karena barang yang saya sebut terakhir sudah mahal harganya. Yang mana juga kami tak dapat kompor gas konversi dari kelurahan, yang mana kami tak terdaftar. Jadilah Butet tiap hari mengumpulkan kayu yang hanyut di Sungai Deli, menjemurnya, dan menggunakannya sebagai kayu bakar. Dan sebagai pemancing api, Butet memang biasa menggunakan kertas, dan pagi tadi, surat cinta saya itu lah yang dekat dari jangkauannya sebagai pengumpan api untuk menjerang air.
“Maaf ya, bang!” kata Butet sambil memasukan indomie ke kuali.
“Tak apa, Tet!”
Malam itu kami makan Indomie pake telor. Sedap. Apalagi setelah sebulan makan kepala tongkol melulu. Saya sampai tambuh nasi tiga kali. Kekenyangan. Setelah menghabiskan sebatang gudang garam merah sambil bercerita-cerita, kami pun siap-siap tidur di atas tikar di dalam kelambu.
“Tak marah abang kan soal surat tadi?” kata isteri saya sambil memeluk dari belakang.
“Tidaklah,” kata saya membalikkan badan dan kini membalas memeluknya. Yang mana juga mencium keningnya.
Kami kembali seperti muda lagi. Hujan rintik dari langit Medan. Air Sungai Deli semakin jelas terdengar—mengalir sampai ke Belawan. Dalam pelukannya, saya sadar kembali: Isteri saya memang tak butuh hidup yang rumit, cinta yang rumit, bahkan tak butuh surat cinta!
Hujan semakin deras di luar. Semoga Deli tak banjir. Biar keringat kami saja yang banjir malam itu. [*]

JEMIE SIMATUPANG
kompasianer asal Medan.



Sumber

0 comments:

Bahagiaku,Bahagiamu IBU..!!

Cerita Cerita Inspiratif Dan Motivasi
23 Juni 2011 lalu aku pulang dari kota Palu Sulawesi tengah ke kota asal ku Surabaya untuk menghadiri pesta pernikahan kakak ku….!!! Setibanya dirumah, aku disambut dengan binar bahagia dimata IBU,Bapak, Kakak,Adik dan Nenekku….ku cium tangan dan pipi mereka semuanya…sebagai bakti ku kepada mereka. Nenek meneteskan air mata saat memelukku..maklum sudah lama saya tidak bertemu..kurang lebih 8 bulan.wajarlah kalau mereka merindukanku.
Kebahagiaanlah yang kami rasakan sekeluarga pada malam itu.Aku bersyukur mempunyai keluarga yang harmonis.”Terima Kasih Ya Allah” Ucap syukurku. Sampai larut malam aku,kakakku,dan teman-temanku bercanda tawa. Tapi aku melihat IBU masih sibuk Menyiapkan segala keperluan untuk acara besok.
Seorang IBU pasti menginginkan acara pernikahan anaknya Berjalan Sempurna dan lancar,tanpa di rasa letih yg menghampirinya. ku hapiri dan memintanya untuk tidur..Tapi IBU menjawab “sebentar lagi tinggal sedikit lagi “. Aku pun pergi kekamar lalu tidur,tak tahu IBU sampai jam berapa mengerjakan semuanya itu.

Keesokan harinya pun kami sekeluarga pergi ke acara yang dinanti -nanti oleh kakakku & keluarga..Acara pernikahan Kakakku..
Prosesi akad nikah dan resepsi pernikahan pun berjalan lancar tanpa ada halangan yang berarti, Alhamdulillah…!!!

Aku melihat rona kebahagiaan dimata IBU,tersenyum manis saat melihat anaknya bersanding dipelaminan, Aku merasa inilah saat kebahagiaan IBU .Aku belum pernah melihat IBU sebahagia ini. Seusai acara, kami pun segera pulang!

Beberapa hari ku dirumah ,sengaja ku habiskan waktu bersama keluarga,maklum jarang pulang jadi rasa rindu itu masih teramat besar...rindu akan semuanya, canda tawa, masakan IBU, dan kebersamaan yg telah lama tak kurasakan..BAHAGIA rasanya..!!!

Disela pembicaraan, orangtuaku menanyakan kapan aku akan menikah,Aku katakan “ Inssa Allah tahun depan,karena pernikahanku nanti cukup membutuhkan banyak biaya”,kenapa..?? karena keluarga ku di Surabaya dan calon istriku di Sumatra jadi membutuhkan biaya yg extra. Apalagi biaya pernikahan disana tidaklah sedikit, ditambah lagi biaya transport keluargaku nanti kesana. Kami tidak membahas lebih banyak lagi. Hanya doa yang IBU dan sekeluarga berikan untuk ku semoga semuanya lancar. ”Amin amin ” jawabku

Siang itu minggu 26 Juni 2011 aku akan kembali ke kota Palu,karena senin aku harus masuk kerja, saat ku berpamitan..ada rasa haru menyelinap ke hati,aku akan berpisah lagi dengan mereka sedih rasanya,berat hati ini..tapi harus! Waktu aku pamitan sama IBU..Ibu Bertanya padaku…
“Kamu Jadi nikah tahun depan?” Tanya Ibuku
“Iya Bu…!!” Jawabku
“Ya sudahlah biarlah IBU dan Bpk tetap disini tidak ikut ke acara nikahmu nanti,biaya kesana kan mahal..,biarlah Ibu disini saja. IBU tak sanggup menanggung biaya kesana..IBU tak punya cukup uang nak…!!”
ada tetesan air mata ku lihat di pipinya..,dan itu membuat hatiku sakit.
Tak kusangka IBU ku berkata seperti itu,beliau rela mengorbankan kebahagiaannya (melihat anaknya bersanding dipelaminan)hanya untuk meringankan bebanku
“gak bu, ngak………!!!! IBU harus ikut kesana nanti…! Aku ingin bukan hanya aku yang bahagia nanti, Tapi IBU , Bpk, dan seluruh keluarga pun harus bahagia kita akan merasakan kebahagiaan Itu bersama sama! IBU tak usah memikirkan itu semuanya…Biar aku yg cari uangnya nanti..Pokoknya IBU dan Bpk harus ikut kesana nanti. IBU tak usah memikirkannya..IBU cukup doakan anakmu ini…Setiap sholat do’akan biar aku dilimpahkan rezeki oleh ALLAH…”
“Iya nak Iya….IBU selalu Mendoakanmu….”jwbnya
“IBU jangan sedih Lagi yach….!!” Pintaku…” tersenyumlah..Biar aku bisa melewati semua ini dan memberikan kebahagiaan buat IBU…!!”
“Amin amin..” Sahut IBU…
“Ya sudah aku pamit Bu..” ucapku..
“Iya nak ..hati hati disana,Jaga Kesehatannya….Kasih kabar Ibu kalau ada apa apa..” nasehatnya..
Ku cium tangannya dan ku ucapkan salam...beliau pun menjawab salamku.
“Aku harus bisa mewujudkan kebahagiaan IBU” dalam hati

Dari kisahku ini, aku mengerti bahwa :
• Kita harus senantiasa mengingat IBU kita dan mengenang semua jasa jasanya!
• Seorang IBU rela mengorbankan apapun untuk anaknya, sedangkan kita sebagai anak..apakah kita bisa mengorbankan Kebahagiaan kita Untuk IBU Kita? Tanyakan dlm hati Anda..??
• Do’a dan kasih sayang IBU sepanjang masa..Hormati Ibumu sebelum sesal itu datang.

By
IMAM PRIESTIAN

0 comments:

Atlet Top Cina Jadi Pengemis

Liputan6.com, Beijing: Seorang atlet kenamaan Cina terpaksa menjadi pengemis di jalan-jalan Beijing setelah cedera membuatnya tak bisa berlomba. Zhang Shangwu, demikian nama atlet tersebut, merebut dua medali emas di cabang senam Universiade, olimpiade untuk mahasiswa, pada 2001. Setahun kemudian ia mengalami cedera serius yang mengakhiri kariernya sebagai atlet senam.

Rendahnya kualifikasi pendidikan membuatnya hanya bisa menjadi pelayan restoran. Ia sempat bekerja di panti jompo namun cedera menghalanginya melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Tuntutan kebutuhan hidup memaksanya mencuri dan ia sempat mendekam di penjara selama lima tahun sebelum bebas April lalu. Sejak itu ia mengemis di jalan-jalan di Beijing.

Peruntungan Zhang berubah pekan lalu ketika seorang penggemar mengenalinya ketika ia memamerkan kebolehan melakukan gerakan senam. Sejak itu, kisah Zhang dimuat di berbagai media di Cina. Banyak pihak menawarinya pekerjaan, termasuk dari salah satu pengusaha terkaya di Cina.

"Di Cina banyak atlet yang bernasib seperti saya. Saya beruntung karena saya ditemukan anggota masyarakat dan cerita saya dimuat di media," kata Zhang kepada kantor berita AFP di Beijing, Senin (18/7), seperti dilansir BBC Indonesia.

"Ada banyak atlet yang bernasib mengenaskan setelah pensiun. Pendidikan mereka rendah dan mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak," tutur Zhang yang kini berusia 27 tahun. "Pemerintah tidak membantu atlet-atlet yang memasuki masa pensiun. Saya ingin kisah saya ini membuka mata masyarakat bahwa para atlet tersebut memerlukan bantuan," kata Zhang.

Ia bukan atlet top pertama yang mengalami kesulitan hidup. Cai Li, peraih medali emas angkat besi Asian Games 1990 terpaksa menjadi satpam setelah tak lagi berlomba. Ia meninggal pada 2003 diduga akibat latihan berat yang harus ia ikuti ketika menjadi atlet dulu.

Zou Chunlan, juara nasional angkat besi, menjadi penjaga WC umum sebelum satu LSM membantunya membuka usaha pencucian pakaian.

Zhang Shangwu sendiri saat ini belum memikirkan pekerjaan karena masih sibuk melayani wawancara berbagai media. Yang pasti, ia ingin membantu rekan-rekannya sesama atlet yang bernasib mengenaskan setelah tidak bisa turun ke lapangan.(ADO)

Sumber

0 comments:

Om Mau Beli Belas.....???

Hari ini saya di kota palu Sulawesi tengah baru 2 bulan karena tuntutan kerjaan.jauh dari keluarga dan pujaan hati.Apa mau dikata,demi masa depan kami pun harus jalani ini semua walaupun sangat menyakitkan buat perasaanku

Seperti biasa aktivitas pagi saya dimulai dengar kerja yg menjadi rutinitas sehari hari.diawali dengan segelas kopi dan ditemani rokok ditangan.menyiapkan laporan buat bahan meeting atasanku.

Tak selang berapa lama temanku ku datang sambil membawa sebungkus makanan yg aku pesan tadi pagi,dan aku pun memulai makan...dan aku akhiri dengan minum segelas susu dan tak lupa juga rokok..hehehheee...pola hidup yg tak sehat....(itulah kebiasaan buruk ku)

Kejenuhan pun mulai datang karena Ativitasku yg selalu didalam kantor terus menerus,dan rokok pun mulai habis,dan aku memutuskan mencari rokok kewarung..

Dlm perjalanan kewarung ,tiba seorang anak kecil memanggil saya...Om...Om....
Saya melihat suara yg agak aneh,seperti suara yg kurang jelas..
Iya....jawabku,aku pun menoleh keanak itu dan aku lihat anak itu mengalami bibir sumbing sambil membawa sekantong plastik beras dikepalanya..

Mau beli belas ku om...???tanya anak itu...

Beras...???buat apa aku beli beras,setiap hari saya makan selalu beli diwarung.(dalam hati kecilku)

Tidak......!!jawab ku....

Aku pun mulai tertegun heran melihat usaha anak kecil itu...
Karena selalu mengikuti saya dari belakang selalu memanggil Om Om Om...
Aku Tanya lagi kamu disuruh siapa jual beras?
"Di suluh nenek Om......."(logat bahasa anak itu)
Emank buat apa kamu disuruh jual beras....???tanya ku kembali
"Untuk bayal sekolah Om....."jawabnya

Aku pun terdiam merasakan sakit dihati....mungkin aku teringat adikku yg dirumah.dia tak harus susah payah seperti ini untuk biaya sekolah,krn kami semua (keluarga)masih mampu biayain adik untuk sekolah.

seorang anak kecil,rela menjual beras Neneknya hanya untuk biaya sekolahnya...tak tahu apa yg mereka makan nanti,bila beras itu sudah terjual....!!!mataku pun mulai mengeluarkan air mata karena melihat keadaan anak kecil itu.

Lalu aku suruh tunggu dia dijalan karena saya mau pergi kewarung tuk beli rokok,saat saya balik anak kecil itu pun masih setia menunggu saya...trus saya ajak anak kecil itu ke kantor sambil merangkul nya.

Aku pun menyuruh dia untuk menunggu..tetapi yang buat saya heran anak kecil itu malah duduk dilantai depan pintu,..."iya om saya tunggu disini aja.."jawabnya.

Saya pun masuk ke kantor lalu mengambil uang untuk nya....
Meskipun tak banyak tapi setidaknya cukup membantu biaya sekolah nya
Ini dik ....uang buat adik....."makasih Om.....
Om mana tempat untuk wadah belasnya...tanya dia.
Untuk apa...???biarlah beras itu untuk makan kamu sama nenekmu nanti...
Tapi om....???tanyanya kembali
Udah tak usah pakai tapi tapi..bawa saja....
Makasih om.....makasih om....lalu dia pun berjalan kembali sambil membawa beras dikepalanya...
Oiya dik.....!!panggilku,sekolah yang rajin yach....!!
Iya Om.....!!jawab nya

Saya pun berdiri di samping pintu sambil berdoa semoga anak itu menjadi anak yg pintar dan sukses nanti nya.Amin

By
IMAM PRIESTIAN
Palu ,Sulawesi tengah

0 comments:

Adu Kehebatan Atau Adu Kelemahan di Reuni

Hari Minggu 17 Juli 2011 malam di Gelanggang GMSB Pasar Festival,  Jakarta, dilakukan reuni akbar alumni SMA ku, SMA Xaverius I Palembang.
SMA itu berdiri sejak tahun  1951, namun baru meluluskan murid di tahun 1954. Sudah 56 Angkatan yang lulus.
Bagi kami seangkatan, yang masuk ke SMA itu tahun 1991, ini merupakan reuni 20 tahun kami masuk ke sekolah itu.
Foto-foto, cerita nostalgia, slide show dokumentasi saat SMA merupakan acara wajib, disamping beberapa kata sambutan yang biasanya memakan waktu 3x yang dijatah panitia (tanpa ada yang tega menyetop pidato).
Nah, yang menarik, banyak teman yang kebetulan berdomisili di Jakarta dan sekitarnya (pulau jawa) yang tidak datang, bukan karena tidak ada informasi atau karena harga karcis yang tinggi, tetapi karena merasa gagal.
“Tidak pede” Kata si A.

“Kalian kan sukses, ada yang bisa dibanggakan. Karena itu kalian suka reuni. Kalau bagi kami, datang ke reuni itu menyakitkan..” Kata si B.

Namun ada juga beberapa yang tidak selesaikan kuliah, pernikahannya gagal, pekerjaannya biasa-biasa saja, bahkan sering gonta-ganti pekerjaan yang masih berani datang.
“Biar semua orang tahu, reuni bukan cuma milik alumni-alumni yang bersinar terang benderang. Tetapi masih ada kami almamater yang biasa-biasa saja, tetapi kami masih hidup dan masih bisa berusaha. Kami belum merasa gagal.” Kata si C.

Ya, memang benar. Nama-nama alumni yang berposisi tinggi di tingkat nasional dikumandangkan oleh MC selalu disambut tepuk tangan alumni yang lain, padahal kalau dipikir semua orang itu tak memerlukan lagi tepuk tangan itu, mereka mungkin sudah jenuh dengan kekaguman orang lain.
Menarik jika ada reuni sekolahan sekolah-sekolah favorit yang mau menghadirkan orang-orang biasa, orang-orang yang kurang bersinar lulusan sekolah itu di atas panggung dan biarkan dia bercerita, bagaimana dia berjuang setelah lulus sekolah sampai akhirnya menemui kendala.

Mungkin alumni-alumni sukses dapat urun rembuk mengatasi permasalahan sejenis untuk masa-masa mendatang. Sehingga lulusan-lulusan sekolah itu selanjutnya dapat punya alternatif pemecahan masalah jika menemui jalan buntu/ kendala dan dengan demikian tidak akan ada lagi lulusan yang jalan di tempat.
Oke, sekedar memandang reuni-reunian dari sudut pandang yang lain, untuk lebih fokus mengumpulkan alumni-alumni yang biasa-biasa saja atau malah yang memprihatinkan, untuk dicarikan pemecahan masalah dan bukan sekedar menyanjung-nyanjung orang-orang hebat yang sudah tidak memerlukan puja-puji lagi.
Malah kalau bisa si hebat-hebat ini ditantangin membantu alumni-alumni yang biasa-biasa saja dengan kemampuan yang mereka miliki.
Semoga jadi bahan renungan.
Salam reuni sekolah, bagi yang kurang merasa berhasil.

0 comments:

Bersyukur dan Berjuang

Di beranda belakang sebuah rumah mewah, tampak seorang anak sedang berbincang dengan ayahnya. “Ayah, nenek dulu pernah bercerita kepadaku bahwa kakek dan nenek waktu masih muda sangat miskin, tidak punya uang sehingga tidak bisa terus menyekolahkan ayah. Ayah pun harus bekerja membantu berjualan kue ke pasar-pasar,” tanya sang anak. “Apa betul begitu, Yah?”
Sang ayah kemudian bertanya, “Memang begitulah keadaannya, Nak. Mengapa kau tanyakan hal itu anakku?”
Si anak menjawab, “Aku membayangkan saja ngeri Yah. Lantas, Apakah Ayah pernah menyesali masa lalu yang serba kekurangan, sekolah rendah dan susah begitu?”
Sambil mengelus sayang putranya, ayah menjawab, “Tidak Nak, ayah tidak pernah menyesalinya dan tidak akan mau menukar dengan apapun masa lalu itu. Bahkan, ayah mensyukurinya. Karena, kalau tidak ada penderitaan seperti itu, mungkin ayah tidak akan punya semangat untuk belajar dan bekerja, berjuang dan belajar lagi, hingga bisa berhasil seperti saat ini.”
Mendapat jawaban demikian, si anak melanjutkan pertanyaannya, “Kalau begitu, aku tidak mungkin sukses seperti Ayah dong?”
Heran dengan pemikiran anaknya, sang ayah kembali bertanya, “Kenapa Kau berpikir tidak bisa sukses seperti ayah?”
“Lho kata Ayah tadi, penderitaan masa lalu yang serbasusah lah yang membuat Ayah berhasil. Padahal aku dilahirkan dalam keluarga mampu, kan ayahku orang sukses,” ujar si anak sambil menatap bangga ayahnya. “Ayah tidak sekolah tinggi, sedangkan Ayah menyuruhku kalau bisa sekolah sampai S2 dan menguasai 3 bahasa, Inggris, Mandarin dan IT. Kalau aku ingin sukses seperti Ayah kan nggak bisa dong. Kan aku nggak susah seperti Ayah dulu?”
Mengetahui pemikiran sang anak, ayah pun tertawa. “Hahaha, memang kamu mau jadi anak orang miskin dan jualan kue?” canda ayah.
Digoda sang ayah, si anak menjawab, “Yaaaah, kan udah nggak bisa memilih. Tapi kayaknya kalau bisa memilih pun, aku memilih seperti sekarang saja deh. Enak sih, punya papa mama baik dan mampu seperti papa mamaku hehehe.”
Sang ayah lantas melanjutkan perkataannya, “Karena itulah, kamu harus bersyukur tidak perlu susah seperti ayah dulu. Yang jelas, siapa orangtua kita dan bagaimana keadaan masa lalu itu, kaya atau miskin, kita tidak bisa memilih, ya kan? Maka, ayah tidak pernah menyesali masa lalu. Malah bersyukur pada masa lalu yang penuh dengan penderitaan, dari sana ayah belajar hanya penderitaan hidup yang dapat mengajarkan pada manusia akan arti keindahan dan nilai kehidupan. Yang jelas, di kehidupan ini ada hukum perubahan yang berlaku. Kita bisa merubah keadaan jika kita mau belajar, berusaha, dan berjuang habis-habisan. Tuhan memberi kita segala kemampuan itu, gunakan sebaik-baiknya. Dimulai dari keadaan kita saat ini, entah miskin atau kaya. Niscaya, semua usaha kita diberkati dan kamu pun bisa sukses melebihi ayah saat ini. Ingat, teruslah berdoa serta berusaha. Belajar dan bekerjalah lebih keras dan giat. Maka, cita-citamu akan tercapai.”
Pembaca yang budiman!
Pikiran manusia tidak mungkin mampu menggali dan mengetahui rahasia kebesaran Tuhan. Karena itu, sebagai manusia (puk nen sien cek) kita tidak bisa memilih mau lahir di keluarga kaya atau miskin. Kita juga tak bisa memilih lahir di negara barat atau di timur dan lain sebagainya.
Maka, jika kita lahir di keluarga yang kaya, kita harus mampu mensyukuri dengan hidup penuh semangat dan bersahaja. Sebaliknya, jika kita terlahir di keluarga yang kurang mampu, kita pun harus tetap menyukurinya sambil terus belajar dan beriktiar lebih keras untuk memperoleh kehidupan lebih baik. Sebab, selama kita bisa bekerja dengan baik benar dan halal, Tuhan pasti akan membantu kita! Ingat, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, tanpa orang itu mau berusaha merubah nasibnya sendiri.
Terus berjuang, raih kesuksesan !
Salam sukses luar biasa ! (Andrie Wongso).

0 comments:

Goresan Mobil

Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar dengan penuh rasa bangga dan prestise. Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu. Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu. Tiba-tiba, dia melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak yang tampak melintas sebelumnya.
“Buk….!” Aah…, ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang menimpa Jaguar itu yang dilemparkan si anak itu. Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang. “Cittt….” ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya anak yang dia tahu telah melempar batu ke mobilnya, dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.
“Apa yang telah kau lakukan!? Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!!” Lihat goresan itu”, teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu. “Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini akan butuh banyak ongkos di bengkel untuk memperbaikinya. “Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak ingin memukul anak itu. Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat, dan berusaha meminta maaf. “Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa. “Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun. “Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti….” Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi. “Itu disana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Saya tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun yang mau menolongku. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan..” Kini, ia mulai terisak. Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu. “Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda?

Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya tak sanggup mengangkatnya.” Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Amarahnya mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang

elaki yang tergeletak yang sedang mengerang kesakitan. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera dia berjalan menuju lelaki tersebut, di angkatnya si cacat itu menuju kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut yang memar dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya. Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja. “Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatan Bapak.”
Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka. Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Dtelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores itu oleh lemparan batu tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja dilewatinya. Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman tadi menghentakkan perasaannya. Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini. Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat: “Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu.”
Teman, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu untuk tetap berjalan. Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan. Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah ada masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat sekitar? Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita. Kadang, kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaran-Nya. Kita kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang melintas. Teman, kadang memang, ada yang akan “melemparkan batu” buat kita agar kita mau dan bisa berhenti sejenak. Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita untuk hal yang lain yang memberi makna bagi hidup kita. sumber: Cetivasi

Sumber

0 comments:

Surat Anak Indonesia Membuat Jepang Terharu

"Saya juga pernah kena gempa tahun 2006, saya kehilangan rumah dan tidak mempunyai ibu."

Duta Besar Jepang untuk Indonesia yang baru, Yoshinori Katori, mengaku sangat terharu dengan simpati yang diberikan anak-anak Indonesia kepada Jepang terkait bencana tsunami yang baru saja menghantam negara itu Maret lalu.

"Kami menerima banyak sekali dukungan dari masyarakat Indonesia. Banyak sekali anak-anak Indonesia yang mengirimkan surat berisi dukungan yang sangat menyentuh hati kami," kata Katori.

Dalam konferensi pers pertamanya sebagai duta besar, kemarin, Katori membacakan sebuah surat yang dikirimkan oleh para pelajar sebuah SMP di Aceh kepada para korban tsunami. Aceh sendiri pernah diterjang tsunami pada 2004 silam, lebih dari 120.000 orang tewas.

"Aceh mencintai kalian. Kalian tak sendiri. Jika kalian sedih, kami turut sedih. Jika kalian senang, kami turut senang. Jika kalian tertawa, kami turut tertawa. Tetap semangat! Gambare!" ujar Katori membacakan surat dari pelajar Aceh.

Surat simpati juga datang dari seorang bocah korban gempa bumi Yogyakarta 2006 lampau. Bocah ini adalah salah satu anak di panti asuhan Arrahmah di Yogya. Katori kembali membacakan surat tersebut.

"Saya juga pernah kena gempa tahun 2006, waktu itu saya kehilangan rumah dan tidak mempunyai ibu," kata dia.

"Walaupun cobaan datang, kami masih tetap semangat untuk belajar. Kami yakin, kalian juga bisa membangun rumah kalian. Pesan saya untuk kalian: tetap semangat dan tunjukkan kalian bisa membangun negara kalian!" Tulis surat tersebut.

Gempa bumi 9 skala Richter disusul tsunami meluluhlantakkan wilayah timur Jepang. Korban tewas dilaporkan mencapai puluhan ribu orang. Menurut data World Bank, total kerugian yang dialami oleh Jepang adalah US$235 miliar atau sekitar Rp2.000 triliun, yang menjadikan bencana Jepang sebagai bencana termahal sepanjang sejarah.

Sumber

0 comments: