Mengenal Kekerasan Emosional dalam Sebuah Hubungan
Dalam membina suatu hubungan, setiap  pasangan selalu mendambakan hubungan yang harmonis dan sehat. Tetapi  seringkali justru salah satu pihak lebih dominan dan melakukan berbagai  kekerasan karena ia merasa berada dalam posisi yang lebih kuat.  Kekerasan dalam sebuah hubungan sendiri dibagi menjadi 3: Kekerasan  fisik, seksual, dan emosional. Kekerasan fisik dan seksual memang  sebagian besar dilakukan oleh pria, namun untuk urusan kekerasan  emosional, wanita juga sering melakukannya pada pria. Untuk artikel ini,  saya akan khusus membahas mengenai kekerasan emosional dalam sebuah hubungan.
Banyak orang berpikir bahwa kekerasan  fisik lebih fatal daripada kekerasan emosional. Faktanya, keduanya  sama-sama dapat berakibat fatal. Jika kekerasan fisik dapat berakibat  luka di badan, cacat, dan kematian, kekerasan emosional dapat  menyebabkan luka batin yang sangat dalam. Tentu saja, karena berhubungan  dengan perasaan maka kekerasan emosional sulit dibuktikan dan lebih  jarang terekspos dibandingkan kekerasan fisik.
Bentuk dari kekerasan emosional bermacam-macam bisa berupa:
- Verbal (membentak, menyalahkan, mempermalukan, menghina)
- Finansial (melarang pasangan bekerja, menguasai keuangan, mengontrol keuangan dengan keras)
- Isolasi dari dunia luar
- Intimidasi
- Tidak mempedulikan pasangan (dicuekin)
- Mengendalikan hidup pasangan, dan banyak lagi
Ada 2 peran yang terlibat dalam kekerasan emosional dalam sebuah hubungan:
Si pelaku kekerasan:
Orang yang berada dalam peran ini adalah orang yang selalu menuntut untuk dihormati dan takut ditinggalkan (posesif). Sering juga terjadi, ia memiliki rasa sakit hati dan trauma karena peristiwa masa lalu (oleh orang tua atau teman-temannya) sehingga ia melampiaskannya justru kepada orang yang diklaim ia cintai. Berikut ini adalah tanda-tanda kekerasan emosional dari si pelaku:
Orang yang berada dalam peran ini adalah orang yang selalu menuntut untuk dihormati dan takut ditinggalkan (posesif). Sering juga terjadi, ia memiliki rasa sakit hati dan trauma karena peristiwa masa lalu (oleh orang tua atau teman-temannya) sehingga ia melampiaskannya justru kepada orang yang diklaim ia cintai. Berikut ini adalah tanda-tanda kekerasan emosional dari si pelaku:
- Mengabaikan perasaan pasangannya
- Tidak menghormati pasangannya
- Menjelek-jelekkan dan mengejek pasangan di tempat umum
- Tidak memberikan apresiasi dan kasih sayang
- Memastikan pasangannya tidak mendapatkan apa yang diinginkan
- Mengancam
- Memanipulasi dengan kebohongan
- Menuntut sesuatu yang tidak masuk akal
- Memberikan batasan-batasan yang tidak realistis
Si korban:
Cukup sulit untuk mengidentifikasi dan menilai korban kekerasan emosional tanpa kita tanya sendiri atau si korban bercerita. Kita harus peka terhadap tanda-tanda berikut ini:
Cukup sulit untuk mengidentifikasi dan menilai korban kekerasan emosional tanpa kita tanya sendiri atau si korban bercerita. Kita harus peka terhadap tanda-tanda berikut ini:
- Perasaan depresi
- Penarikan diri dari interaksi sosial
- Diisolasi dari teman dan keluarga
- Kepercayaan diri yang rendah
- Sering terlihat takut
- Sering gelisah
- Merasa malu
- Tidak mempercayai orang lain
- Sering menyalahkan diri sendiri dan orang lain
- Mencoba bunuh diri
- Emosi tidak stabil
- Sering berbohong
- Merasa pesimis dengan hidup
- Memakai narkoba
- Menghindari kontak mata
Ini adalah tanda-tanda kekerasan emosional dalam sebuah hubungan.  Tanda-tanda tersebut awalnya akan tampak kurang jelas, tetapi seiring  waktu berjalan, apabila kita tidak berusaha untuk menyelesaikannya maka  pelaku kekerasan emosional akan semakin menjadi-jadi dan semakin jelas  melakukan kekerasan itu. Akibat utama dari kekerasan emosional adalah si  korban takut untuk ditinggalkan. Di banyak kasus, si korban percaya  bahwa tidak ada orang lain yang suka/ingin bersama dirinya, kecuali si  pelaku. Sehingga ia terus berada di situasi yang tidak menyenangkan itu.  Si korban merasa malu dan terus menyimpan rahasia tentang kekerasan  yang dialami.
Jika kekerasan emosional ini  diteruskan maka dapat memperburuk keadaan orang itu dan dapat membawa ia  ke gangguan psikologis dan emosional. Saat kamu mengalami kekerasan ini  atau jika kamu mengamati seseorang yang mengalaminya, maka kamu harus  berkonsultasi dan mencari bantuan dari polisi maupun profesional. Jalan  terbaik untuk mencegah kekerasan emosional adalah kesadaran pribadi dan  pemahaman terhadap hak dan kewajiban kita.
 




 
 
 
 
 
 
 
 






0 comments: