
Adalah Dewi, seorang Ibu kumuh dengan baju kumal, masuk ke dalam sebuah supermarket.Dengan sangat terbata-bata dan dengan bahasa yang sopan ia memohon  agardiperbolehkan mengutang. Ia memberitahukan bahwa suaminya sedang  sakit dan sudah seminggu tidak bekerja. Ia memiliki lima orang anak yang  sangat membutuhkan makan untuk hari ini.
Andi, si pemilik supermarket, mengusir dia keluar. Sambil terus  menggambarkan situasi keluarganya, si ibu terus menceritakan tentang  keluarganya. 'Tolonglah, Pak, Saya janji akan segera membayar setelah  aku punya uang.”
Andi tetap tidak mengabulkan permohonan tersebut. "'Anda tidak mempunyai kartu kredit, anda tidak mempunyai garansi", alasannya.
Di dekat counter pembayaran, ada seorang pelanggan lain, yang dari awal  mendengarkan percakapan tadi. Dia mendekati keduanya dan berkata :
"Saya akan bayar semua yang diperlukan Ibu ini."
Karena malu, si pemilik toko akhirnya mengatakan, "Tidak perlu, Pak.  Saya sendiri akan memberikannya dengan gratis. Baiklah, apakah ibu  membawa daftar belanja?"
"Ya, Pak. Ini", katanya sambil menunjukkan sesobek kertas kumal.
"Letakkanlah daftar belanja anda di dalam timbangan, dan saya akan  memberikan gratis belanjaan anda sesuai dengan berat timbangan  tersebut." kata si pemilik toko.
Dengan sangat ragu-ragu dan setengah putus asa, Dewi menundukkan kepala  sebentar, menuliskan sesuatu pada kertas kumal tersebut, lalu dengan  kepala tetap tertunduk, meletakkannya ke dalam timbangan.
Mata Si pemilik toko terbelalak melihat jarum timbangan bergerak cepat ke bawah
Ia menatap Pelanggan yang tadi menawarkan si ibu tadi sambil berucap kecil, "Aku tidak percaya pada yang aku lihat."
Si pelanggan baik hati itu hanya tersenyum. Lalu, si ibu kumal tadi  mengambil barang-barang yang diperlukan, dan disaksikan oleh pelanggan  baik hati tadi. Si Pemilik toko menaruh belanjaan tersebut pada sisi  timbangan yang lain. Ternyata jarum timbangan tidak kunjung berimbang,  sehingga si ibu terus mengambil barang-barang keperluannya dan si  pemilik toko terus menumpuknya pada timbangan, hingga tidak muat lagi.
Si Pemilik toko merasa sangat jengkel dan tidak dapat berbuat apa-apa.
Karena tidak tahan, Si pemilik toko diam-diam mengambil sobekan kertas  daftar belanja si ibu kumal tadi. Dan ia-pun terbelalak. Di atas kertas  kumal itu tertulis sebuah doa pendek,
"Tuhan, Engkau tahu apa yang hamba perlukan. Hamba menyerahkan segalanya ke dalam tanganMu."
Si Pemilik Toko terdiam. Si Ibu, Dewi, berterima kasih kepadanya, dan  meninggalkan toko dengan belanjaan gratisnya. Si pelanggan baik hati  bahkan memberikan selembar uang 50 dollar kepadanya.
Si Pemilik Toko kemudian mengecek dan menemukan bahwa timbangan yang dipakai tersebut ternyata tidak rusak.
Ternyata memang hanya Tuhan yang tahu bobot sebuah doa.
*****
Well guys, dari kisah diatas, beberapa yang dapat kami sampaikan.
Terkadang manusia adalah kita semua ini, sering melupakan atau bahkan  mengerti tetapi tidak memahami atas nikmat rezeki yang diberi.
Mulailah untuk belajar bersyukur melalui doa atas apa yang didapat  walaupun kecil atau belum sama sekali. Karena dengan bersyukur, kita  akan mengetahui bagaimana yang kita namai kehidupan bahagia yang  sederhana.
Usaha tanpa doa, itu sama halnya berlari tanpa kaki dan tak akan pernah dapat untuk memakai sepatu.
“Usahalah kamu dan berdolah kamu dan percayakan kepada Tuhan”
Tuhan adalah Sang Maha Mendengar juga Maha Melihat. Dia bisa melihat  atas usaha yang kita lakukan dan Dia juga bisa Mendengar atas apa yang  kita ucapkan.
 
No comments:
Post a Comment