VIVAnews - Berandalan itu dibekuk polisi. Di  keramaian Los Angeles suatu malam. Dia sudah sempoyongan. Alkohol dan  kokain membunuh segenap ingatan. Memacu mobil dengan kecepatan tinggi.  Nyaris seruduk kiri kanan. Lupa pula membawa surat ijin mengemudi.
Kepada polisi dia mengaku tersesat. Hendak pergi  ke sebuah pesta, malah 
nyasar  jauh dari tujuan. Anehnya dua polisi itu tak menahan. Mereka malah  mengantar lelaki mabuk ini hingga di rumah pesta. Dua polisi baik hati  itu menitip pesan kepada penjaga pintu. “Kau harus memastikan dia pulang  lagi ke rumahnya.”
Lalu kedua polisi itu pergi sembari berjanji akan datang lagi  mengecek si pemabuk itu. Begitu dua polisi itu pergi, semua peserta  pesta ikut bubar. Dengan mulut bau alkohol dia sempat meminta peserta  menunggu. Tak ada yang peduli.
Acara itu pun bubar. “Datang ke sebuah pesta diantar polisi bukan ide  bagus. Bisa merusak pesta,” ujar si pemabuk itu. “Kasihan juga si tuan  rumah.”
Pemabuk yang mencoba melucu itu adalah Mike Tyson, petinju legendaris  yang sohor dengan julukan si leher beton. Kisah di atas dituturkan  Tyson kepada 
Las Vegas Sun, 26 Februari 2012.
Dan kisah mabuk itu hanya satu dari sekian kisah mengerikan, yang dituturkan dengan gaya melawak dalam acara 
Mike Tyson: Undisputed Truth-Live on Stage. Itu acara akan ditampilkan di panggung teater.
Dalam acara itu, Tyson akan “menelanjangi” dirinya sendiri. Mengajak  penonton masuk ke dunia yang berjasa menerbangkan nama ke seluruh dunia,  sekaligus membantingnya ke titik nadir.
Kini, nasib si raja 
Knock Out itu memang sedang sempoyongan.  “Tiga tahun lalu saya tak punya rumah. Saya butuh uang untuk menjaga  agar serigala tak memasuki pintu,” tutur Tyson seperti dikutip dari 
The Sun, Senin 5 Maret 2012.
Beruntung,  lanjutnya, seorang penggemar nun jauh di Inggris sana, datang menolong.  Memberi uang. Menampilkannya dalam sejumlah acara 
talkshow. Dari uang itulah Tyson mendanai acara teater. Penonton membayar.
Mike Tyson adalah contoh bahwa hidup bisa diputar ke sisi yang  berseberangan. Dulu hidup dari bertarung di ring, kini hidup dari  membanyol. Dulu para penonton ngeri melihat keberingasannya, kini mereka  terbahak-bahak. Dua-duanya sama gunanya. Menyambung hidup.
 ********
Michael Gerard Tyson, begitu nama pemberian orang tuanya, lahir 30  Juni 1966 di Broklyn, sebuah daerah yang keras di kota New York.  Ayahnya, Jimmy Kirkpatrick, meninggalkan rumah saat Tyson berumur 2  tahun. Seorang diri sang Ibu, Lorna Smith, membesarkan Tyson beserta dua  saudaranya Rodney dan Denise.
Saat remaja Tyson gemar berkunjung  ke Taman Kota Brownsville. Dia jatuh cinta pada taman itu. Pada burung  dara yang selalu berkerumun. Entah apa daya pikatnya. Dia melihat burung  dara itu seperti hewan ajaib.
Begitu sayang pada burung itu, ia lalu membeli dan merawat seekor di  rumah. Rajin memberi makan. Memandikan. Bermain-main dan bersenda gurau  dengan burung itu.
Suatu hari dia terkejut. Burung dara peliharaan itu raib dari rumah.  Dicari ke sana ke mari tidak ketemu juga. Ternyata burung itu dicuri  anak-anak bengal. Dan tak cuma mencuri, geng bengal itu memelintir leher  burung itu, hingga jadi bangkai.
Tubuh si pembunuh burung itu memang lebih besar. Juga terlihat lebih  kekar dari Tyson, yang saat itu berusia 11 tahun. Dan si bengal itu  benar-benar cari gara-gara. Sembari membawa bangkai burung itu dia lewat  di depan rumah. Lalu melempar bangkai itu ke muka si empunya.
Tyson yang pendiam itu pun muntab. Murka alang kepalang. Lalu nekat  berkelahi melawan di tubuh besar itu. Tak menunggu lama, dia menghujani  bertubi-tubi bogem ke muka sang lawan. Ditonton banyak orang. Si bengal  itu babak belur.  “Boleh diartikan saya lah pemenangnya,” ujar Tyson  dalam wawancara dengan majalah 
Time di kemudian hari.
Baku pukul karena burung itu, mengubah jalan hidup Mike Tyson. Dari  anak rumahan menjadi berandalan jalanan. Dan hidup di jalanan daerah  kumuh itu, seakan cuma bisa bertahan dengan kepalan tangan.  Dia lalu  bergabung dengan geng jalanan. Berkelahi nyaris saban pekan.
Dan semenjak itu hidupnya cuma di dua tempat. Jalanan dan kamar  penjara. Sebelum berumur 13 tahun, Tyson sudah ditangkap polisi 38 kali.
Sang ibu yang cemas lalu mengirim Tyson ke sekolah Tryon School for  Boys di Johnstown, New York. Sekolah itu menampung banyak anak  berandalan. Di situ banyak pilihan ekstrakurikuler. Dan Tyson memilih  tinju.
Kelas itu dilatih oleh Bobby Stewart, seorang mantan petinju. Tapi  Tyson hanya berlatih beberapa bulan di situ. Melihat bakat besar Tyson,  Bobby lalu mengenalkannya dengan pelatih legendaris Cus D’ Amato. Lewat  tangan orang inilah dunia mengenal kepalan tangan si leher beton itu.
Dari sekolah itu dia dipindahkan ke sasana tinju D’Amato di Catskill  Boxing Club pada tahun 1980. Dibantu asistennya, Kevin Rooney, D’Amato  membentuk ulang anak bengal itu. Menanam kedisiplinan. Melatihnya  mengendalikan diri.
Kelak Tyson mengenang D’Amato sebagai arsitek dalam hidupnya. “Dia  menghancurkan hidup saya. Tapi kemudian ia membangunnya kembali.” Sang  pelatih memindahkan kebengalan anak jalanan itu ke atas ring.
Ketika diperam di sasana itu, Ibu Mike Tyson jatuh sakit. Kanker  menggerogoti ibu yang berjuang keras. Lalu menyerah. Lorna Smith wafat  tahun 1982, dua tahun sebelum Tyson memulai karir profesional.
Sepeninggal sang ibu, D’Amato menjadi wali Tyson. Dia menjadi sosok  ayah bagi Tyson, sampai D’Amato meninggal tahun 1985. Setelah D’Amato  wafat Tyson dilatih Kevin Rooney.
Tahun 1984, saat berusia 18  tahun, Tyson memulai debut tinju profesional. Remaja bengal itu sukses  memukul KO Hector Mercedes di ronde pertama. Memukul Hector hingga  tersungkur melempangkan jalan ke lawan-lawan berikutnya.
Dan kemenangan demi kemenangan diraih. Hampir semua tersungkur KO.  Lalu tibalah 1986 itu. Remaja 20 tahun itu melawan Trevor Berbick sang  juara di kelas berat versi WBC.
Meski Berbick bertubuh besar, Tyson tidak sulit merubuhkan sang  juara. Di ronde kedua Berbick tersungkur. Tyson pun mencatatkan diri  sebagai petinju termuda dalam sejarah yang berhasil meraih sabuk juara  kelas berat dunia. Ia meraihnya dalam usia 20 tahun, 4 bulan, 22 hari.
Tyson kemudian membuat para petinju meriang ketakutan, bahkan para  juara. Pada tahun 1976 itu juga, dia memukul KO James Smith pemegang  sabuk kelas berat WBA. Lima bulan kemudian, Tyson menjadi petinju  pertama yang berhasil menyatukan seluruh gelar tinju kelas berat,  setelah  mengalahkan Tony Tucker, pemegang sabuk IBF.
Tyson kemudian dikenal sebagai raja KO. Dia berhasil menang 28 kali.  Dan 26 di antaranya menang dengan KO atau TKO. Dari pertarungan sejumlah  itu, 16 di antaranya menang KO di ronde pertama. Hampir seluruh lawan  bengap.
Setelah menyudahi semua jawara di kelas berat, Tyson kemudian  menghadapi petinju yang mengincar gelar-gelar itu. Dari wajah baru  hingga para jawara tua. Dan mereka disudahi dengan cara menggetarkan.
Mantan juara kelas berat dunia Larry Holmes tersungkur di ronde ke  empat. Leonel Spinks jatuh dan tak bangun lagi hanya dalam tempo 91  detik. Kegarangan Tyson terus mendunia. 
*****
Tapi keharuman itu tidak berumur panjang. Sejumlah kalangan  menyebutkan gaya hidup Mike Tyson berubah semenjak berkenalan dengan Don  King, promotor flamboyan yang gemar pesta.  Tyson mulai doyan pesta dan  absen dari sasana latihan.
Hubungan dengan sang pelatih jadi tegang. Tyson marah besar. Dan  puncak perseteruan itu tahun 1988. Dia memecat tanpa sebab Kevin Rooney,  pelatih yang susah payah menanam kedisiplinan.
Rooney pergi, kehidupan Tyson kian liar. Tak ada lagi orang yang  sesabar Rooney mengingatkan soal disiplin dalam hidup, juga di atas  ring. Hidupnya kembali bengal. Rajin mabuk di pesta-pesta.
Dan dia menuai badainya lewat 
hook beruntun James Buster Douglas. Petinju yang tidak dikenal itu menghajar Tyson Februari 1990 di Jepang. Sebuah pukulan 
upper cut  kanan memang sempat merubuhkan Douglas ke lantai. Tapi dia bangun lagi.  Seperti sudah mengukur daya pukulan Tyson, Douglas tampil lebih  impresif.
Dan hook kanan beruntun di ronde 10 mengirim Tyson mencium kanvas.  Dalam pertarungan ulang, Tyson kemudian membalas dendam. Memukul KO  Douglas. Tapi pertarungan melawan Douglas itu perlahan mulai meruntuhkan  kedigdayaan Tyson. Si raja KO itu bisa tersungkur juga, bahkan oleh  pendatang baru.
Meski para penantang mulai berani, Tyson tak kunjung memperbaiki  kelemahan utamanya, kedisiplinan. Hidupnya malah kian buram. Tahun 1991,  dia dihukum penjara enam tahun karena memperkosa ratu kecantikan dari  Rhode Island, Desiree Washington.
Insiden itu terjadi di Indianapolis. Di penjara, Tyson mulai mengenal  dan memeluk agama Islam. Dia mengganti nama menjadi Malik Abdul Aziz.  Tiga tahun dia menjalani hukuman.
Keluar dari penjara dia seperti terlahir kembali. Berhasil merebut  gelar WBC dan WBA dengan memukul KO Frank Bruno dan Bruce Seldon.  Namanya kembali gemilang dalam dunia tinju.
Tapi masa suram itu datang lewat kepalan tangan Evander Holyfield.  Petinju yang telah lama menunggu giliran bertarung melawan Tyson.  Menerima pukulan bertubi-tubi 9 November 1996 dari Evander, wasit  menghentikan pertandingan. Tyson kalah TKO. Dia kehilangan gelar WBA.
Pertandingan  ulangnya dibatalkan setelah Tyson menggigit kuping Holyfield. Tyson  berdalih, dia kesal karena kepala Holyfield terus membentur dahinya  tanpa dihentikan wasit. Semenjak itu Tyson jadi bahan olokan.
Tahun 2002, dia kembali bertinju pada usia ke 35. Tapi ia kalah KO  oleh Lennox Lewis. Tahun 2006, Tyson resmi mundur setelah kalah KO dari  Danny Williams dan Kevin Mcbride. Dua petinju yang tak begitu dikenal  dunia. 
*****
Gelar hilang, harta juga lenyap. Berkarir semenjak 1984, Tyson  sesungguhnya meraup uang banyak. Sedikitnya U$400 juta dolar. Sekitar  Rp3,6 triliun. Si leher beton ini memang dibayar mahal tiap bertinju.  Pada masa keemasan pernah dibayar U$30 juta dolar alias Rp270 miliar.  Untuk sekali tarung.
Bergelimang uang, gaya hidupnya di awang. Pada akhir 2003, Tyson  pergi ke toko permata dan membeli emas berlapis permata 80 karat seharga  U$174.000 dolar atau Rp1,5 miliar. Dia banyak menghabiskan uang bersama  wanita. Memanjakan mereka dengan perhiasan dan foya-foya. Saban hari  begitu, tentu saja uang itu ludes.
Hanya delapan bulan sesudah kehebohan membeli emas miliaran itu,  Tyson mengumumkan dirinya bangkrut. Ia mendaftarkan pengakuan bangkrut  itu pada 22 Desember 2003 di Pengadilan Kebangkrutan Amerika Serikat di  Manhattan.
Harian 
The New York Times melaporkan Tyson memiliki utang  U$23 juta dolar atau Rp207 miliar. Ia juga memiliki utang pajak di  Amerika Serikat dan Inggris sebesar U$17 juta dolar atau Rp153 miliar.
Utang itu untuk biaya pengacara sebesar U$750 ribu dolar atau Rp6,7  miliar. Utang biaya pelayanan limosine sejumlah U$300 ribu dolar atau  Rp2,7 miliar. “Saya betul-betul sudah melarat dan bokek,” katanya kepada  wartawan saat itu.
Tidak hanya bokek, Tyson bahkan dikabarkan sudah jadi gembel. Pada  tahun 2004, di berbagai forum internet, ramai diberitakan Tyson hidup  luntang-lantung hidup tanpa rumah. Seluruh asetnya habis membayar utang.
Lalu munculah bantuan penggemar di Inggris itu.  Dia kemudian  menikahi seorang wanita bernama Lakiha Spicer tahun 2009. Bersama  Spicer, yang akrab disapa Kiki itu, Tyson mengatur hidup dari pinggiran  kota Las Vegas. Mereka tinggal di perumahan Seven Hills.
Menurut 
The New York Times, rumah itu dibeli Tyson dari  Jalen Rose, pebasket NBA. Dan itulah satu-satunya aset Tyson saat ini.  Kini usianya 45 tahun. Punya dua anak bernama Moroco dan Milan. Meski  hidup pas-pasan, kata Tyson, “Saya memiliki banyak kesenangan, seorang  istri dan dua anak.”
Kini hidup Tyson berubah. Tidur pukul delapan malam. Jam dua pagi dia  bangun. Lalu mendengar musik dari Ipod-nya. Setelah itu membaca buku.  Ia melalap buku apa saja.
Pukul 6 pagi, saat istrinya bangun, barulah ia memulai harinya.  Biasanya mereka berunding soal proyek. Bersama sang istri, Tyson memang  mendirikan perusahaan Tyranic. Bergerak di bidang hiburan. Sang istri  jadi manajer Tyson.
Sejumlah proyek yang digarap antara lain  pembuatan film, pertunjukan teater, atau 
talk show. Dan semua acara itu berkisah tentang Mike Tyson.
Pemain di setiap teater adalah Tyson. Ia bahkan pemain tunggal. Pada  setiap panggung dia berkisah tentang hidupnya sendiri.  Menurut 
The Washington Post,  pagelaran berjudul “Mike Tyson: Undisputed Truth— Live on Stage” akan  digelar selama sepekan.  Dari 13 April sampai 18 April 2012.
Harga tiketnya tidak mahal. Untuk 740 kursi penonton, tiket dijual  seharga U$99,99 dolar atau Rp900 ribu. Sementara untuk kursi VIP dijual  U$499,99 dolar atau sekitar Rp4,5 juta. Acara itu akan digelar di MGM  Grand Hollywood Theatre.
Proyek terakhir yang sedang digarap suami istri adalah film komedi  “Hangover III.” Film ini memang berkisah tentang sejarah hidup Tyson.  Setelah sukses dengan Hangover I dan II, kini Tyson menggagas untuk  membuat sekuel ketiga.
Generasi muda kini lebih mengenal Tyson  sebagai pemain teater dan film ketimbang sebagai petinju legendaris.  Satu dari dua polisi baik hati yang menghantar Tyson ke tempat pesta  malam itu,  berujar dengan suara girang, “Saya menyukai penampilan Anda  di 
Hangover.”
• VIVAnews