 Dikisahkan Nabi Yahya as bertemu dengan iblis yang sedang membawa sesuatu  barang. Kepada iblis Nabi Yahya menanyakan untuk apa barang itu? Iblis menjawab,  barang itu syahwat untuk memancing anak cucu Adam.
Dikisahkan Nabi Yahya as bertemu dengan iblis yang sedang membawa sesuatu  barang. Kepada iblis Nabi Yahya menanyakan untuk apa barang itu? Iblis menjawab,  barang itu syahwat untuk memancing anak cucu Adam.
"Adakah dalam diriku  sesuatu yang dapat engkau pancing?" tanya Nabi Yahya. Jawab Iblis, "Tidak ada.  Hanya pernah terjadi pada suatu malam, engkau makan agak kenyang, dan kami dapat  menarikmu sehingga engkau merasa berat mengerjakan shalat."
"Kalau  begitu, aku tidak akan makan terlalu kenyang lagi selama hidupku," kata Nabi  Yahya. "Wow, sungguh menyesal sekali kami buka rahasia ini. Mulai saat ini, kami  tidak akan menceritakan rahasia ini kepada siapapun," iblis menyambung.
Kisah yang dinukil dari kitab Minhajul Abidin karangan Imam Al-Ghazali  tersebut, setidaknya dapat dipetik sebagai pelajaran berkaitan dengan isi perut.  Bahwa untuk menjaga perut agar tidak terlalu kenyang, apalagi yang tercampur  dengan barang haram dan syubhat, bukan hal yang sederhana. Karena bukan hal  sederhana, maka manfaat dan ganjaran yang didapat tidak kecil. Dituntut  kemampuan mengendalikan hawa nafsu.
Bukankah syaitan gemar mendorong  manusia menikmati makanan-minuman seenak dan sebanyak mungkin. Tetapi syaitan  juga mengarahkan kita mendekati barang-barang syubhat, untuk menceburkan kita ke  dalam hal yang haram.
Al-Ghazali menguraikan bahaya yang timbul oleh  perut yang terlalu kenyang dan mengkonsumsi barang haram (syubhat), seperti  dikutip berikut ini:
- Terlalu banyak makan dan minum dapat membuat  badan terasa berat, lesu, sifat malas, dan perilaku iseng. Juga ingin selalu  melihat hal-hal haram, yang tidak bermanfat, dan berlebihan. Akal, pikir dan  pengetahuan pun menjadi sempit.
 
- Kebanyakan makan akan menyebabkan  manusia malas dalam menjalankan ibadah.
 
- Kebanyakan makan juga akan  menjerumuskan pada perbuatan syubhat dan haram. Sedangkan makanan haram dan  syubhat menjadi penghalang bagi datangnya taufik dan hidayah dari Allah swt.  Perut yang dipenuhi makanan yang haram dan syubhat juga akan menjadikan si  pemiliknya terhalang berbuat kebaikan. Malas berkecimpung pada hal-hal yang  mengandung kemaslahatan, untuk diri sendiri apalagi orang lain.
 
Makanan halal yang  kita konsumsi pada hakikatnya adalah bekal untuk beribadah. Bila porsi itu sudah  terpenuhi, lalu melewati batas itu, berarti pemborosan atau sama artinya dengan berkawan  dengan syaithonirrajim. Semoga kita berkemampuan menghindarinya. .
Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya yang halal itu tidak datang  kepadamu melainkan sebagai bekal. Dan yang haram datang kepadamu dengan  melimpah."
Sekalipun makanan itu halal, tidak menjadi alasan untuk  menikmati dengan tak terkendali. Baginda Rasul mengatakan, "Janganlah kamu  mematikan hati dengan makan dan minum berlebihan, meskipun makanan dan minuman  itu halal. Sebab hati ibarat tumbuh-tumbuhan, jika terlalu banyak disiram ia  akan mati." .
Sementara Abu Ja'far menasihatkan, perut jika lapar  membuat seluruh anggota badan tidak banyak menuntut dan merasa tenteram. Tetapi  jika kenyang, maka anggota tubuh lainnya menjadi lapar, banyak tuntutannya.
Semoga kita mampu menjaga perut dari hal-hal yang merugikan masa depan  kita sendiri, dunia dan akhirat.
Sumber: Hidayatullah - Edisi Maret 2001